Mitigasi Konflik Dipicu Ujaran Kebencian di Medsos, CSIS Luncurkan "Dashboard" Hate Speech

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 19 Agustus 2021 07:19 WIB
Monitorindonesia.com - Centre for Strategic and International Studies (CSIS) luncurkan dashboard ujaran kebencian bernama CSIS National Hate Speech Dashboard. Ini dapat diakses melalui hatespeech.csis.or.id. "Dashboard ini mudah-mudahan bisa memberi sumbangan pada usaha kita mengurangi risiko konflik akibat ujaran kebencian," kata Direktur Eksekutif CSIS Philips Vermonte dalam seminar "Api dalam Sekam: Fenomena Ujaran Kebencian di Indonesia", secara daring, Rabu (18/8/2021). Dalam seminar diperkenalkan National Hate Speech Dashboard kepada publik. Dia mengatakan, dashboard ini merupakan cara baru yang dibentuk para peneliti CSIS guna melihat tren kebencian yang terjadi di platform daring, khususnya Twitter. Pentingnya mengawasi tren ujaran kebencian, dilatarbelakangi oleh banyaknya konflik etnis, agama, dan politik yang bermula dari tidak terkendalinya ujaran kebencian di media sosial. "Sehingga pecah menjadi konflik terbuka yang mengakibatkan banyak korban jiwa," ucapnya, seperti dilansir Antara. Philips mengatakan bahwa penting bagi peneliti dan pemerintah melihat peningkatan frekuensi ujaran kebencian berbagai kelompok masyarakat agar dapat segera melakukan mitigasi konflik. "Dashboard ini berperan untuk memotret tren ujaran kebencian dan kemudian mendorong rekomendasi-rekomendasi kebijakan," tutur Philips. Seluruh peneliti, termasuk para analis kebijakan yang berada di berbagai kementerian terkait, dapat memanfaatkan data yang ditampilkan di dashboard ujaran kebencian untuk melakukan analisis kebijakan. "Sehingga dapat memitigasi persoalan terkait hate speech dan konflik sosial maupun politik di Indonesia," ujar Philips. Saat ini, dashboard ujaran kebencian hanya tersedia dalam bahasa Inggris. Selain itu, CSIS juga masih membatasi fokus ujaran kebencian pada serangan-serangan yang ditujukan ke Ahmadiyah Indonesia, Syiah Indonesia, dan etnis Tionghoa-Indonesia. Peneliti CSIS Alif Satria menambahkan, meski berangkat dari tiga minoritas tersebut, CSIS akan memperluas agar dapat menjangkau kelompok etnis Papua, umat Kristen, dan kelompok lainnya yang sering menjadi target ujaran kebencian. Selain itu, platform sosial media yang menjadi sumber data dari dashboard ini adalah Twitter. Hal ini didasari oleh hasil penelitian Simon Kemp yang berjudul "Digital 2020: Indonesia". Penelitian Simon menunjukkan tingkat engagement (keterlibatan, interaksi, dan pengaruh) Twitter menduduki peringkat kedua tertinggi di Indonesia apabila dibandingkan dengan platform lainnya (Instagram, Facebook, YouTube). Twitter juga menempati peringkat kedua berdasarkan lama durasi kunjungan yang dilakukan penggunanya. Atas temuan-temuan tersebut, CSIS menetapkan Twitter sebagai platform yang digunakan untuk mengumpulkan data. "Tentu saja kita ada keinginan untuk ekspansi ke platform lain," ucap Alif Satria.

Topik:

Twitter csis ujaran kebencian Hate speech Politik