Soal Pembangunan IKN, Rachmat Gobel Ingatkan 3 Hal ke Pemerintah

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 23 Januari 2022 20:51 WIB
Monitorindonesia.com - Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel mengingatkan beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam pembangunan ibu kota negara (IKN). “Ada tiga hal penting dari pembangunan IKN, khususnya untuk kemajuan dan pemerataan ekonomi serta perbaikan kehidupan sosial dan lingkungan hidup,” kata Gobel kepada wartawan, Minggu (23/1/2022). Menurut dia, hal pertama yang harus dipastikan ialah dampak positif pembangunan IKN bagi Indonesia kawasan timur. Gobel ingin kawasan yang selama ini tertinggal itu mendapat 'aura' positif pembangunan IKN. Gobel menyebut ada ketertinggalan pendidikan, infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, dan perekonomian. Dia menyoroti lima provinsi yakni Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Gorontalo. “Dengan perpindahan Ibu Kota, diharapkan bisa memperbaiki keadaan secara lebih cepat,” kata dia. Kedua, terkait beban sosial dan lingkungan hidup di DKI Jakarta dan Pulau Jawa. Menurut dia, secara umum masalah tersebut sudah terlalu berat, seperti kriminalitas, pencemaran lingkungan, dan kerusakan alam. "Dengan memindahkan magnet (Ibu Kota), maka distribusi penduduk diharapkan bisa lebih merata. Hal ini akan mengurangi beban sosial dan beban lingkungan di Jakarta dan Jawa pada umumnya. Kita harus membantu dan menyelamatkan Jawa,” lanjut Gobel. Terakhir, terkait pembiayaan pembangunan IKN. Gobel memproyeksikan ratusan triliun rupiah bakal digunakan membangun IKN di Kaltim. Dia menyebut hal itu momentum menggerakkan perekonomian dalam negeri. Dia ingin mayoritas proyek pembangunan dikerjakan pihak-pihak dari dalam negeri. Termasuk, bahan-bahan yang dipakai, mesti menggunakan produk lokal. ''Jangan sampai APBN kita justru akan dinikmati orang asing karena kita tak konsekuen dan tak memiliki nasionalisme yang mencukupi,” kata dia. Menurut dia, penggunaan produk dan industri dalam negeri terkait proyek nasional perlu diimplementasikan secara konkret. Sebab, banyak penggunaan produk dan industri luar dalam proyek nasional. "Besi produksi Krakatau Steel itu bagus, tapi berapa banyak yang diserap dibandingkan besi impor? Ini yang bikin sedih dan ironis. Banyak contoh lainnya. Nasionalisme kita cuma untuk jualan politik, tapi praktiknya rapor merah,” tutup Gobel. (Wawan)