Jimly Asshiddiqie: NasDem Tidak Usah Ikut Pemilu, Insya Allah Tidak akan Ada Perpecahan

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 2 Juli 2022 19:35 WIB
Jakarta, MI - Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh tak mau kontestasi Pemilu 2024 menimbulkan polarisasi atau keterbelahan. Pasalnya kata dia Pemilu tahun 2019 lalu telah meninggalkan keterbelahan yang cukup dalam, bahkan hingga ke level keluarga. Menanggapi hal itu, Anggota DPD RI Jimly Asshiddiqie menyarankan Partai NasDem tak usah ikut Pemilu 2024 mendatang. Menurutnya, Pemilu diadakan untuk menyalurkan aspirasi yang berbeda-beda dari masyarakat. Tujuannya, kata dia, adalah untuk mencegah dan mengatasi perpecahan. "Justru pemilu diadakan untuk salurkan aspirasi yang berbeda-beda untuk cegah dan atasi perpecahan. Kalau pemilu jadi sumber perpecahan, bisa juga NasDem tidak usah ikut Pemilu saja. Insya Allah tidak akan ada perpecahan. Yang ada cuma perbedaan dan persaingan," kata Jimly Asshiddiqie melalui tweetnya seperti dikutip Monitoridonesia.com, Sabtu (2/7). Untuk itu mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini berharap agar pesta pemilihan umum (Pemilu) 2024 mendatang dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan tingkat peradaban bangsa Indonesia. "Dijalani saja sesuai dengan tingkat peradaban bangsa," ujarnya. Sebelumnya, Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh menyebut bahwa pesta demokrasi pemilu tak perlu ada jika hanya mengakibatkan perpecahan anak bangsa Indonesia. “Lebih baik tidak ada pemilu jika itu memberikan konsekuensi pada perpecahan bangsa ini,” tegasnya, Senin (27/6). Penyelenggaraan Pemilu Serentak 2024, kata dia, telah dijadwalkan untuk dilaksanakan. Karena proses itu harus diikuti dengan baik. Sebab semuanya merupakan amanah dari konstitusi. “Tapi, saya katakan sebagai Ketua Umum NasDem, untuk apa buat pemilu kalau bangsa ini harus terpecah?” tegasnya. Pemilu harus dilaksanakan. Syaratnya semua pihak yang terlibat menghormati perhelatan pesta demokrasi tersebut. Semua pihak harus mampu menjaga keutuhan, serta merawat kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. “Maka, kita perlu mengambil pelajaran dari pemilu sebelumnya agar kualitas pemilu ke depan ini jauh lebih baik dari apa yang sudah kita lalui,” katanya. Dikatakannya, Pemilu 2019 telah meninggalkan kesedihan, kepedihan, dan luka di hati sebagian masyarakat Indonesia. Bahkan Pemilu 2019 telah meninggalkan trauma. Sebab perpecahan terjadi bukan hanya di lingkungan masyarakat, tapi juga keluarga. Oleh karena itu, semua pihak harus memetik pelajaran dari apa yang sudah terjadi sebelumnya. “Praktik polarisasi, pendiskreditan telah membawa ujaran yang tidak membesarkan hati, bahkan mengadu domba. Ini tidak boleh terulang,” katanya. Dia meminta semua pihak dapat memiliki misi dan tanggung jawab serupa, baik partai maupun peserta pemilu legislatif harus mendorong pemilu lebih baik dan berkualitas, bukan merasa hebat atau paling benar sendiri. “Posisi saat ini yang dibutuhkan bangsa, kelompok manapun itu, buang. Mari bersama membangun Indonesia,” pungkasnya. [Ode]