Pemerintah Hadirkan Vaksin IndoVac Meski Stok Lain Masih Banyak, DPR: Mubazir, Negara Rugi!

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 24 November 2022 15:24 WIB
Jakarta, MI - Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Andre Rosiade menyebut pengadaan 20 juta Vaksin IndoVac adalah bagian dari pemborosan anggaran atau mubazir. Pasalnya, kata dia, saat ini Bio Farma masih memiliki barang kelolaan vaksin gotong royong sebanyak 3,2 juta dosis. Hal ini disampaikannya pada saat rapat dengar pendapat (RDP) Komisi VI bersama PT Bio Farma (Persero), Kamis, 24 November 2022 bertempat di ruang rapat Komisi VI DPR Senayan Jakarta. "Dari 3,5 juta itu saat ini sudah terpakai 300 ribu, jadi masih ada stok 3,2 juta yang tadi saya tanya nilainya sekitar Rp 400 miliar," katanya dalam ruang rapat, Kamis, (24/11). Andre beranggapan bahwa stok vaksin yang sebelumnya banyak dipesan, tetapi banyak terjadi kadaluarsa dan menjadi barang bukti temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). [caption id="attachment_404863" align="alignnone" width="200"] Ilustrasi vaksin (Foto: Unsplash)[/caption] Sehingga, ia meminta, agar tidak menyia-nyiakan anggaran untuk sesuatu yang bisa merugikan keuangan negara. "Ini pasti tahun depan barang ini jadi expired, tidak terpakai. Pasti jadi temuan BPK dan akan jadi kerugian negara," tegasnya. Lebih lanjut, Andre mengajak dibuat rapat gabungan bersama Komisi VI, Komisi IX, dan Komisi III DPR RI untuk mencari solusi bersama terkait nasib vaksin gotong royong. Tidak lupa turut mengundang Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri BUMN Erick Thohir, serta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). "Kalau nggak, (vaksin gotong royong) expired tahun depan, mereka akan jadi temuan BPK dan bisa masuk penjara," tutupnya. (MI/Adi) #Vaksin IndoVac #Vaksin IndoVac