China Ingin APBN Jadi Jaminan KCJB, Komisi V DPR: Akibat Pemerintah Tidak Cermat

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 19 April 2023 20:30 WIB
Jakarta, MI- Permintaan China yang menginginkan agar APBN menjadi jaminan dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) mendapatkan kritik keras dari para wakil rakyat di Senayan, Jakarta. Ketua Komisi V DPR RI Lasarus menilai, pemerintah kurang cermat diawal lantaran tidak dapat mengantisipasi munculnya tuntutan pemerintah China tersebut. "Saya rasa ini terjadi karena pemerintah kita, menurut saya tidak cermat di awal sehingga membuat China berani menekan kita untuk meminta jaminan dari APBN," ujar Lasarus, Selasa (18/4/2023). Lasarus mengingatkan, pemerintah harus tegas dalam menghadapi permintaan China itu. Di sisi lain, pemerintah harus komitmen pada kesepakatan yang ada sebelum proyek ini KCJB dijalankan. "Pemerintah Indonesia sudah biasa melakukan pinjaman luar negeri untuk berbagai kegiatan pembangunan di Indonesia, dan harusnya skema pengembaliannya seperti apa dibicarakan dari awal. Tidak seperti sekarang, ketika keretanya sudah selesai, baru dibicarakan skema utang," jelasnya. Lebih lanjut, ia menegaskan agar pemerintah tidak membebani APBN sebagai jaminan utang proyek KCJB, sebab dipastikan akan memberikan risiko yang besar bagi keberlanjutan APBN. "Saya tidak setuju dengan skema itu. Karena harusnya di skema pengembalian ada masa konsesi yang diberikan, nah di masa itulah kita berikan skema pengembalian," pungkas Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini. Diketahui, Pemerintah Indonesia tengah dalam kebimbangan akibat bengkaknya biaya proyek atau cost overrun Kereta Api Cepat Jakarta Bandung (KCJB) sebesar US$ 1,2 miliar. China pun mematok bunga utang sebesar 3,4 persen, jauh lebih tinggi dari harapan pemerintah Indonesia sebesar 2 persen. Di samping itu, China juga meminta Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai jaminan dari pinjaman utang proyek itu, yang diberikan China Development Bank sebesar US$560 juta atau Rp8,3 triliun untuk membiayai cost overrun yang besarannya setara Rp17,8 triliun.
Berita Terkait