Sandiaga Uno Berpeluang Lawan Prabowo Subianto

Rizky Amin
Rizky Amin
Diperbarui 25 April 2023 07:22 WIB
Jakarta, MI - Sandiaga Salahuddin Uno yang hengkang dari Partai Gerindra berpotensi menjadi calon wakil presiden (cawapres) Ganjar Pranowo dalam pilpres 2024 mendatang yang bakal melawan Ketua Umum Partai Gerindrea Prabowo Subianto juga Anies Baswedan. "Ada kemungkinan Sandiaga Uno itu adalah cawapres ideal. Apalagi kalau dilihat dari beberapa rilis survei terakhir dalam bursa cawapres, Sandiaga Uno adalah yang terdepan," kata Peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati, Selasa (25/4). Sandiaga Uno sebelumnya menyatakan dirinya akan hengkang dari Partai Gerindra dan segera bergabung ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP). "Ya beberapa hari ke depan," ujarnya. Sandiaga juga mengatakan jika dirinya sudah lebih dahulu melakukan komunikasi kepada Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto terkait gabungnya ke PPP. "Tentunya semuanya harus dalam bingkai politik yang saling menghormati dan memahami dan sling bersilaturahmi dalam keberagaman kita. Tentunya komunikasi baik silaturahmi dalam politik dan kebangsaan akan kita lakukan," pungkasnya. Sandiaga Uno Punya Bekal Logistik Pengamat politik Ahmad Khoirul Umam menilai Partai Persatuan Pembangunan (PPP) bisa terbantu terhindar risiko degradasi parliementary threshold 4 persen, jika mantan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno bergabung ke partai politik berlambang Ka'bah itu. "Ia akan memberikan support logistik dan efek ekor jas kepada PPP. Sehingga ancaman PPP terdegradasi oleh parlimentary threshold 4 persen bisa ditepis," kata Umam kemarin. Umam menambahkan, Sandiaga masuk gelanggang politik dengan bekal logistik yang relatif lebih siap dan mapan dibandingkan dengan politikus lainnya. "Mapannya kekuatan logistik Sandi itulah yang kemudian membentuk pola permainan politiknya yang cenderung self-sentris dan cenderung bercorak transaksional," kata dia. Menurut Umam Sandiaga sosok yang merdeka. Meskipun dalam struktur partai Sandiaga cenderung tidak mau berada di bawah bayang-bayang dan kekangan pimpinan. "Sandi ingin menikmati kemerdekaannya sendiri dengan leluasa bergera sesuai dengan selera dan agenda kepentingannya sendiri," ujarnya. Semua itu, kata Umam, dapat diamati dari manuver politik Sandiaga. Misalnya saat Sandi mendampingi Gubernur Jakarta Anies Baswedan."Sandi dengan mudah meninggalkan Anies saat menjabat posisi Wagub DKI Jakarta," ucapnya. Lalu pada 2019 Sandiaga bergabung ke PAN demi mendapat dukungan sebagai cawapres Prabowo. Setelah itu ia balik ke Gerindra. "Semua gimmick itu begitu cepat dihapus saat ia kalah dengan kembali ke pangkuan Gerindra. Artinya, keleluasaan logistik politik Sandi membuat dirinya bisa memainkan relasi-kuasa, hingga manuvernya juga seringkali berada di luar kendali elit dan pimpinan partai," sebut Umam. Umam melihat munculnya wacana kepindahan Sandiaga ke PPP motivasi utamanya merupakan kalkulasi transaksional.  "Dengan berada di PPP, Sandi akan lebih leluasa mengajukan proposal sebagai cawapres mendampingi capres Ganjar dari PDIP, mengingat PDIP sendiri membutuhkan back up kekuatan politik Islam moderat," ujarnya. Namun jika upaya Sandiaga sebagai cawapresnya Ganjar gagal, Umam memperkirakan Sandiaga akan kembali ke pangkuan Gerindra. "Bukan tidak mungkin Sandi akan kembali ke Gerindra untuk mentarget posisi Ketum Gerindra pasca-Prabowo lengser," kata dia. Saat ini, kata Umam, di Gerindra  sendiri belum jelas terbaca petanya, siapa pihak yang dipersiapkan Prabowo.  "Sebagai pengganti atau suksesornya," tandas Umam.