PDIP Mestinya Tak Usung Pramono-Rano di Pilkada Jakarta

Dhanis Iswara
Dhanis Iswara
Diperbarui 28 Agustus 2024 10:41 WIB
Pengamat Politik Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti (Foto: Ist)
Pengamat Politik Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti (Foto: Ist)

Jakarta, MI - PDI Perjuangan akhirnya memutuskan untuk mengusung nama Pramono Anung dan Rano Karno sebagai pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur Jakarta di Pilkada 2024.

Pengamat Politik Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti, mempertanyakan alasan PDIP yang lebih memilih mengusung Pramono di Pilkada Jakarta. 

Padahal kata dia, banyak kader PDIP yang lebih meyakinkan untuk diusung pada Pilkada Jakarta, termasuk nama Anies Baswedan yang memiliki elektabilitas tinggi di Jakarta meskipun bukanlah kader PDIP. 

"Ini pilihan yang mestinya dihindari, bukan dipadukan. Menempatkan Pramono di Jakarta, sama dengan menempatkan orang yang sama sekali tidak dikenal oleh warga Jakarta," kata Ray kepada Monitorindonesia.com, Rabu (28/8/2024). 

Kata Ray, nama Pramono tak memiliki nilai jual untuk bertarung di Pilkada, pasalnya banyak warga Jakarta sendiri yang tak kenal nama dirinya, bahkan prestasinya. 

"Warga Jakarta bukanlah pemilih manut. Tanpa ada hubungan yang mengikat mereka secara rasional, pun emosional, akan sulit diterima warga," ujarnya. 

Lebih anehnya kata dia, Rano Karno atau biasa dikenal dengan Si Doel yang memiliki hubungan khusus dengan warga Betawi, tetapi malah ditempatkan sebagai wakil Pramono. 

"Uniknya, yang dekat dengan warga Jakarta malah ditempatkan sebagai cawagub. Bukan cagub," heran dia. 

Ray pun tak habis pikir dengan strategi yang diterapkan oleh PDIP di Pilkada Jakarta dengan mengusung Pramono-Rano. 

Sebab secara elektabilitas keduanya tak cukup mampu untuk bersaing dengan pasangan Ridwan Kamil-Suswono yang diusung oleh 12 kekuatan partai politik. 

"Entah strategi apa yang tengah dilakukan para elit PDIP. Sebab, secara elektabilitas, keduanya sudah jauh ditinggalkan oleh Ridwan Kamil/Suswono. Ridwan Kamil-Suswono, kemungkinan sudah mendekati angka 20%. Pramono- Rano bahkan baru akan memulai," bebernya. 

Padahal baru saja di Banten PDIP melakukan langkah yang luar biasa, mereka mampu memaksa Airin dan menekan Golkar untuk mendukung pasangan Airin-Ade. 

"Tak biasa. Di Banten, mereka mampu dengan manis, akhirnya, menarik Golkar bergabung. Itu, karena langkah yang diambil rasional. Mendukung cagub yang elektabilitasnya tinggi," tukasnya. 

Sehingga menurutnya, dengan diusungnya Pramono-Rano justru akan terlihat bahwa PDIP saat ini sedang linglung di Pilkada Jakarta. 

"Mengapa PDIP seperti linglung? Entah. Tetiba terlihat kehilangan taji dan tanduk untuk menyeruduk," tandasnya. 

Topik:

PDIP Pilkada Jakarta Pramono-Rano Politik