Pilkada di Kota Cirebon, Kota Udang yang Tidak Berotak Udang

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 15 Juli 2024 15 jam yang lalu
Abndre Vincent Wenas (Foto: Dok MI)
Abndre Vincent Wenas (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Kota Cirebon yang saat ini berpenduduk sekitar 350 ribu jiwa dulu kita kenal dengan sebutan “kota udang”, tentu karena banyak menghasilkan udang. 

Tapi itu dulu. Sekarang ini produksinya di dominasi fashion, lebih dari 60% lebih, kata Manparekraf Sandiaga Uno, kemudian diikuti kerajinan tangan lainnya dan industri kuliner. 

Menjelang musim pilkada dimana-mana, baiklah kita tilik profil anggaran kotanya, baru kemudian kita tengok beberapa aktor politik kota dan tantangannya.

Skala pengelolaan anggaran Kota Cirebon adalah sebagai berikut: besaran APBD 2024 dirancang sebesar Rp 1,6 triliun, dengan defisit sekitar Rp 1,3 miliar. 

Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp 649,4 miliar dan dari pemerintah pusat (APBN) berupa Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sebesar Rp 859,7 miliar. Pendapatan lainnya sekitar Rp 106 miliar. 

Dari sisi belanja, sebagian besar (hampir setengahnya) Rp 783 miliar untuk belanja pegawai alias pengeluaran rutin. Belanja barang dan jasa Rp 639,4 miliar. Belanja modal dianggarkan Rp 105,4 miliar. Belanja lainnya dianggarkan Rp 88,4 miliar yang terdiri dari belanja subsidi, hibah, bantuan sosial dan belanja tidak terduga. 

Praktis tidak tersedia anggaran pembangunan yang signifikan untuk memecahkan persoalan banjir, sampah, pembangunan infrastruktur jalan yang berdampak secara ekonomi dan kesejahteraan. Nampaknya ini pula yang mesti jadi perhatian calon kepala daerah yang akan berkontestasi dalam pilkada Kota Cirebon sebentar lagi. 

Itu dari sisi desain anggarannya. Bagaimana aktualnya? Realisasi sisi pendapatannya per 12 Juli 2024 (berdasarkan laporan SIKD/Sistem Informasi Keuangan Daerah) tercatat Rp 376,69 miliar atau baru 23,32%. 

Angka itu pun terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp 60,48 miliar atau baru 9,31% saja dari target. Sedangkan yang dari tranfer pemerintah pusat (TKDD) realisasinya sebesar Rp 316,2 miliar atau 36,78% dari rencana anggaran.  

Itu dari realisasi sisi pendapatannya. Bagaimana belanja dengan (pengeluaran)nya? Total aktual belanja daerahnya per SIKD 12 Juli 2024 sebesar Rp 463,16 miliar atau realisasi 28,65% dari anggarannya. Terdiri dari belanja pegawai atau belanja rutin sebesar Rp 338,78 miliar atau 43,26% dari anggaran setahun. 

Belanja barang dan jasa Rp 89,97 miliar atau 14,07% dari pagu anggaran. Sedangkan belanja modalnya baru 8,86% atau realisasi sebesar Rp 9,34 miliar. Belanja hibah Rp 23,97 miliar atau 37,37%, dan belanja belanja tak terduga Rp 1,10 miliar atau 6,06%. 

Memang desain versus realisasi anggarannya menimbulkan pertanyaan-pertanyaan besar mengenai program pembangunan apa saja yang telah dan akan direalisasikan di Kota Cirebon selama tahun 2024 ini?

Baiklah kita melangkah ke area pilkada. Mana dari pada kandidat yang punya gagasan cemerlang dan bukan cuma asal berebut jabatan walikota selama lima tahun kedepan? Kita lihat dulu parpol (atau koalisi parpol) yang bisa mengusung paslon kepala daerah.

Dari hasil Pileg 2024 pada bulan Februari lalu dari 35 kursi DPRD Kota Cirebon diperoleh komposisi sebagai berikut:

Golkar untuk periode 2024-2029 memperoleh 6 kursi, naik dari sebelumnya (periode 2019-2024) sebanyak 3 kursi. Gerindra dapat 5 kursi, turun dari sebelumnya 6 kursi. Lalu Nasdem juga 5 kursi, naik dari sebelumnya 4 kursi. 

PKS dapat 4 kursi, naik dari sebelumnya 3 kursi. Juga PDIP dapat 4 kursi, turun dari sebelumnya 6 kursi. PKB dapat 3 kursi, sebelumnya 2 kursi. PAN mempertahankan 3 kursi. Partai Demokrat juga 3 kursi, turun dari sebelumnya 4 kursi. PPP dapat 1 kursi, sebelumnya 3 kursi. Dan Hanura mempertahankan 1 kursi.

Untuk mengusung paslon kepala daerah butuh minimal 7 kursi. Jadi di parlemen Kota Cirebon kesepuluh parpol parlemen itu diharuskan berkoalisi satu sama lainnya. Tidak ada parpol yang bisa mengusung sendiri paslonnya. 

Dari hasil kasak-kusuk selama ini (istilah kerennya: lobbying) ada beberapa nama yang muncul ke permukaan. 

Dari Golkar muncul nama Efendi Edo, ketua Kosgoro dan pernah jadi Cawalkot Cirebon pada 2018, anaknya bernama Erry Yudhistira adalah anggota DPRD Kota Cirebon terpilih periode 2024-2029 dari dapil 3 Harjamukti. 

Lalu masih dari Golkar ada nama Agus Mulyadi, ia Pj Walikota Cirebon yang juga adik ipar dari Ridwan Kamil. Lalu ada Heri yang ketua Pemuda Pancasila Kota Cirebon. 

Dari Gerindra ada Suhendrik yang mantan direktur Radar Cirebon. Sebelum di Gerindra ia sempat aktif pula di PKS, Demokrat dan PDIP. Ia sempat berpindah 4 parpol dalam setahun, dan saat ini sedang giat memosisikan diri jadi calon wakil walikota untuk mendampingi kandidat dari Nasdem. 

Masih dari Gerindra ada dokter Asad, ia juga pemilik Rumah Sakit Permata di Kota Cirebon, sebuah rumah sakita besar dan cukup modern. Dari PAN ada nama Dani Mardani, ketua PAN Cirebon dan anggota DPRD terpilih, kabarnya ia cukup popular di kalangan ibu-ibu dan kegiatan keagamaan. 

Lalu Hj. Eti Herawati, ia wakil walikota periode 2018-2013 yang juga Ketua Nasdem Kota Cirebon. Menurut kabar burung ia di dukung pengusaha asal Cirebon Enggartiasto Lukita (mantan Ketua REI/Real Estate Indonesia). 

Dari PDI Perjuangan ada Fitria Pamungkaswati, ia wakil ketua DPRD yang terpilih kembali untuk periode 2024-2029. Ia juga ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDIP Kota Cirebon. 

Disamping nama-nama dari parpol parlemen, ada pula nama Peter Nobel, ia sekretaris Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kota Cirebon yang juga merangkap bendhara ormas Projo Kota Cirebon. Seorang arsitek muda yang kerap menyumbangkan pikiran demi perbaikan infrastruktur kota. 

Semua nama di atas masih tentantif, dan semua masih bertarung di tingkat awal, masing-masing sedang berupaya menaikan citra dirinya. Masing-masing meng-klaim diusung oleh parpol ini dan itu. Sampai artikel ini ditulis belum ada rekomendasi parpol untuk kandidat kepala daerah Kota Cirebon. 

Sementara ini, warga kota masih diberi kesempatan untuk memilah dan nantinya memilih. Kota Cirebon membutuhkan pemimpin yang kreatif, inovatif, selain jujur dan bersih dari catatan korupsi.

Ayo warga Kota Cirebon, buktikan ada kecerdasan publik kota di masa pilkada ini. Bukan warga ber-Otak Udang tapi warga Kota Udang yang cerdas dan siap memajukan kotanya. 

[Andre Vincent Wenas, Pemerhati Masalah-masalah Ekonomi dan Politik]