Filsafat Nenek Moyang Suku Batak Nyaris Terlupakan Padahal Menjadi Rujukan Menggapai Kemajuan

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 27 Mei 2024 08:34 WIB
Ketua Umum Terpilih Perkumpulan Opusunggu Raja Se-Jabodetabek, Periode 2024-2028, Usman Opusunggu (membawa Tongkat) didampingi sang Istri, Vermona Marbun bersama pengurus inti membawa Panji Perkumpulan [Foto: MI/Aritonang]
Ketua Umum Terpilih Perkumpulan Opusunggu Raja Se-Jabodetabek, Periode 2024-2028, Usman Opusunggu (membawa Tongkat) didampingi sang Istri, Vermona Marbun bersama pengurus inti membawa Panji Perkumpulan [Foto: MI/Aritonang]

Kota Bekasi, MI - Pesta doa bersama melalui kebaktian rohani perkumpulan keluarga besar Aritonang Opusunggu Raja, beserta keturunan dari anak putri (Boru/Bere) seJabodetabek di Gedung Pertemuan Delima-2 di Kp. Pangkalan Bambu, Keluraan Margajaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi, berlangsung hikmad dan meriah.

Acara kebaktian dengan menampilkan Praeses Distrik 8 Jakarta, Pdt. Bernard Manik sebagai pengkotbah mengusung tema, yang dikutip dari ayat Alkitab Roma 12 ayat 12 "Bersukaciralah Dalam Pengharapan, Sabarlah Dalam Kesesakan, dan Bertekunlah Dalam Doa".

Sementara sub Tema dikatakan "Keluarga Besar Perkumpulan Opusunggu Raja, Boru/Bere Se-Jabodetabek, Melangkah Bersama Menyongsong Masa Depan yang Penuh Harapan".

Doa bersama dengan kebaktian rohani yang berlangsung kurang lebih 1,5 jam tersebut berakhir pukul 9.30 WIB, dengan dihadiri sekitar 2.000 orang jemaat mulai dari anak usia dini, Remaja, Dewasa, Parubaya dan Lansia.

Lewat tema yang dikutip dari Roma 12 ayat 12 tersebut, Pdt. Bernard Manik mengajak jemaat yang terdiri dari keturunan Aritonang Opusunggu, untuk selalu bersukacita dan mengucap syukur atas segala hal yang Tuhan berikan sehingga boleh hadir berkumpul, pada acara doa bersama sekaligus pelantikan pengurus baru periode 2024-2028, menggantikan pengurus lama periode 2020-2024.

Kebaktian Rohani yang penuh sukacita dan religius tersebut, diakhiri dengan doa penutup yang dipimpin Pdt. Roberd Manik, usai jemaat menyerahkan persembahan.

Usai kebaktian, rangkaian acara pun dilanjutkan dengan diawali kata sambutan dari unsur keluarga besar Toga Aritonang yang terdiri dari, Aritonang Opusunggu, Aritonang Rajagukguk, dan Aritonang Simare-mare berikut kesempatan kepada Boru/Bere.

Dalam sambutannya, pengusaha sukses dari Pulau Batam Riau Lautan yang mendunia, Jon Kenedi Aritonang, didampingi Irjen Pol (Purn), Edwar Aritonang dan Letjen TNI (Purn) Tiopan Aritonang dalam sambutannya mengutip beberapa filsafat/filosofi nenek moyang orang batak sebagai pesan kepada pengurus perkumpulan yang memiliki tanggung jawab besar dalam menjalankan roda organisasi.

Menjadi pengurus perkumpulan keluarga kata Jon Kenedi adalah, pekerja sosial yang tidak kenal lelah, dan memang berat, karena harus mempedomani filsafat nenek moyang orang Batak yang mengatakan: "Par Bahul-Bahul Nabolon".

Artinya: Siap dikritik walau kritikan itu terkadang kurang mengenakkan, dan tanggap terhadap situasi suka maupun duka di tubuh organisasi, siap melayani, mampu bersinergi dan intens berkomunikasi dengan anggota, sehingga terbangun harmoni ditengah keluarga Toga Aritonang, khususnya yang tinggal dan berdomisili di Jabodetabek. 

Pesan kepada pengurus perkumpulan Opusunggu, maupun Pengurus Toga Aritonang oleh Jon Kenedi banyak mengutip filsatat/filosofi nenek moyang suku Batak, seperti: Parbahul-bahul Nabolon, artinya: "Siap menerima kritik dari anggota walau kritikan itu terkadang kurang mengenakkan, melayani, dan tanggap terhadap situasi suka maupun duka di tubuh organisasi".

Paramak Sobalumon, "Selalu siap ketempatan dalam acara-acara musyawarah membahas adat dan budaya maupun persoalan-persoalan keluarga".

Jadilah pengurus yang diibaratkannya seperti, "Partataring Nasora mittop". Artinya, Ibarat tunggu perapian yang terus menyala untuk memasak, Pengurus perkumpulan keluarga harus selalu siap dalam situasi apapun dalam melayani, terutama dalam dukacita", menjadi "Paninggala Sibola Tali", Artinya, Membuat keputusan dengan bijak sana, sehingga dapat memberi rasa keadilan yang seutuhnya ditubuh organisasi.

"Parsakkalan Nasora Mahiang", Artinya , Pengurus yang selalu siap menerima masukan dari anggota demi kemajuan organisasi dan mampu membedah persoalan-persoalan dengan jujur ditengah organisasi agar tidak terjadi disharmoni. 

Dan masih banyak filosofi lainnya oleh Jon Kenedi yang kemungkinan besar hampir terlupakan oleh suku Batak, khususnya Toga Aritonang, padahal arti filsafat tersebut menurut Jon Kenedi adalah, menuntut kejujuran, kebaikan, kepekaan terhadap sikon yang menjadi rujukan menjaga keutuhan persaudaraan. 

Menurut Jon Kenedi, dengan mempedomani fisafat nenek moyang tersebut, maka perkumpulan Toga Aritonang akan semakin harmoni sehingga mampu menjalankan program-program besar yang sedang dirancang pengurus. 

Kata Kenedi, program besar Persatuan Toga Aritonang untuk membangun Rumah Sakit (RS) di areal Tugu Toga Aritonang di Kec. Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumut, dengan kebersamaan dan harmoni akan terwujud.

Untuk itu kata Jon Kenedi, dengan renungan kotbah yang diusung Pdt. Roberd Manik dalam kebaktian Rohani di acara pesta doa bersama perkumpulan Opusunggu Boru/Bere se-Jabodetabek, minggu (26/5/2024), menjadi kesadaran bagi segenap pomporan (Keturunan) Toga Aritonang untuk saling bahu membahu menuju kemajuan.

Usai sesi penyampaian kata sambutan dari beberapa penatua, panitia acara, tokoh terkemuka Aritonang, dan Ketua Umum Terpilih periode 2024-2028, acara dilanjutkan ke tahap pelantikan pengurus baru yang sebelumnya terpilih secara aklamasi.

Dengan formasi, Ketua Umum, Usman Opusunggu/VermonaBr. Marbun, Sekretaris Umum, Adam Opusunggu/Br. Sinambela, Bendahara Jewsense Nainggolan/Br. Aritonang menggantikan pengurus lama periode 2020-2024 yang dinahkodai, Timbul Dufy Opusunggu/Br. Sirait menerima panji  Opusunggu Boru/Bere dan tongkat yang dikenal sebagai Tunggal Panaluan. 

Dengan telah dilantiknya pengurus baru oleh dewan penasehat, sesi acara berikutnya terus berjalan yang diselingi alunan lagu yang dilantunkan Artis, "Laspados & Maria Calista.

Acara pun kian semarak, dengan menghadirkan tarian dari putra/putri keluarga besar Opusunggu Raja dan pengundian door prize. 

Tak kenal lelah dan jenuh, terkhusus ibu-ibu dan anak-anak sabar menunggu hingga acara selesai pukul 21.00 WIB. Waktu terus berjalan dengan semarak yang diakhiri pembukaan nomor undian door prize (Hadiah Utama) satu unit sepeda motor, acara pun ditutup dengan doa bersama oleh St. Lamhot Aritonang. (M. Aritonang)

Berita Terkait