Nobel Kedokteran 2021 Dimenangi David Julius dan Ardem Patapoutian

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 5 Oktober 2021 19:36 WIB
Stockholm, MonitorIndonesia.com - Nobel Kedokteran 2021 dimenangi ilmuwan Amerika David Julius dan Ardem Patapoutian yang diumumkan Senin (4/10). Kedua ilmuwan diberi penghargaan Nobel atas penemuan reseptor di kulit, yang merasakan suhu dan sentuhan. Penemuan ini akan membuka jalan bagi obat penghilang rasa sakit yang lebih baik dari yang ada sekarang. Penelitian mereka, yang dilakukan secara independen, telah membantu menunjukkan bagaimana manusia mengubah dampak panas dan sentuhan, menjadi impuls saraf yang memungkinkan kita untuk "memahami dan beradaptasi dengan dunia di sekitar kita," kata Majelis Nobel di Institut Karolinska Swedia. "Pengetahuan ini dapat digunakan untuk mengembangkan perawatan untuk berbagai kondisi penyakit, termasuk nyeri kronis." Ardem Patapoutian, lahir pada 1967 dari orangtua Armenia di Lebanon, pindah ke Los Angeles 1986. "Dalam sains, hal-hal yang kita anggap remeh justru sangat menarik," kata Ardem setelah memenang hadiah Nobel berusia lebih dari satu abad, yang bernilai $ 1,15 juta. “Kami mendalami indra manusia, sentuhan dan rasa sakit,” jelasnya. Patapoutian adalah seorang gurubesar di Lembaga Penelirian Scripps, La Jolla, California, yang sebelumnya melakukan penelitian di University of California, San Francisco, dan California Institute of Technology, Pasadena. David Julius (65), kelahiran New York, adalah Profesor di University of California, San Francisco (UCFS), yang sebelumnya bekerja di Universitas Columbia, di New York. David Julius adalah orang Yahudi Rusia yang kakeknya berimigrasi ke Amerika Serikat. Penemuan David Julius terinspirasi ketertarikannya pada fungsi biologis. David menggunakan molekul cabai pedas, dengan mensimulasikan sensasi panas palsu, untuk memahami rasa suhu kulit. Julius berharap, karyanya akan membantu mengidentifikasi strategi baru untuk mengobati sindrom nyeri kronis. "Kita kekurangan obat untuk menyembuhkan nyeri kronis," kata Julius. "Saya pikir kita membutuhkan beberapa wawasan baru dan ide baru untuk mengobati rasa sakit, secara farmakologis dan cara lain. Penelitian kami, akan berkontribusi pada hal itu semua," Julius menjelaskan. Jan Adams, kepala ilmuwan pembuat obat perusahaan Jerman, Gruenenthal, yang memasarkan krim kulit pereda nyeri berdasarkan resep Julius, mengatakan, karya Julius telah membuka terapi nyeri yang baru. (Reuters/Sihol Manullang)

Topik:

Dokter Kompetensi Kedokteran Nobel Kedokteran