UNICEF: 10.000 Anak Korban Meninggal atau Cacat Selama Konflik Yaman

Nicolas
Nicolas
Diperbarui 20 Oktober 2021 10:55 WIB
Monitorindonesia.com - UNICEF badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan sebanyak 10.000 anak korban meninggal atau cacat selama konflik Yaman. Jumlah itu terjadi sejak konflik yang terjadi sejak Mei 2015 antara Saudi Arabia diprakarsai pemerintah dengan Iran yang didukung oleh para pemberontak Houthi. UNICEF menyebutnya tonggak yang memalukan. Sejak perang terjadi, terungkap bahwa setidaknya empat anak tewas atau cacat pada saat terjadi serangan setiap harinya. Sementara penemuan jumlah kematian anak dan korban terluka mencapai angka 10.000, lembaga perlindungan anak mengatakan bahwa jumlah ini bisa jadi jauh lebih banyak. Juru bicara UNICEF James Elder mengatakan bahwa hanya beberapa kasus yang diverifikasi oleh PBB dimasukkan dalam daftar perhitungan terakhir. Dia mengatakan bahwa banyak lagi kasus korban anak yang meninggal dan terluka yang tidak dilaporkan. Sama halnya dengan tingginya tingkat kematian tersebut, kematian anak banyak terjadi akibat dampak yang tidak langsung dan tidak bisa dicegah dari perang itu sendiri. Dia mengatakan bahwa anak-anak beriksiko mengalami kematian atau terserang penyakit parah karena wabah seperti kolera, dan campak dan juga kekurangan gizi akut dan kelaparan. “Seorang anak meninggal di Yaman tanpa bisa dicegah per 10 menit. Dan ini pastinya jumlah yang sangat sayangnya belum berubah dalam dua tahun terakhir. Yaman merupakan tempat yang paling rumit untuk ditempati oleh seorang anak. Sulit dipercaya situasi ini semakin memburuk,” dia menuturkan. Elder yang baru saja kembali dari misi ke Yaman mengungkapkan bahwa anak-anak diperhadapkan dengan banyak bahaya. Empat dari lima anak atau sekitar lebih dari 11 juta anak butuh bantuan kemanuasiaan. Dia menambahkan terdapat 400,000 anak menderita kurang gizi akut dan jutaan lainnya kekurangan air bersih untuk diminum, apalagi lebih dar dua juta anak tidak bisa sekolah. Juru bicara UNICEF juga menjelaskan situasi perekonomian Yaman yang sangat lumpuh dan semua orang sedang berjuang untuk bertahan hidup. [Yohana RJ/VOA News]

Topik:

PBB Unicef yaman Konflik Yaman