Kasus Kematian Covid-19 di Somalia 32 Kali Lebih Tinggi

Nicolas
Nicolas
Diperbarui 20 Oktober 2021 11:10 WIB
Mogadishu, Monitorindonesia.com - Kematian akibat Covid-19 di Somalia setidaknya 32 kali lebih tinggi dari jumlah yang dilaporkan pemerintah selama awal bulan pandemi, menurut penelitian terbaru. Penelitian yang diterbitkan oleh International Journal of Infectious Diseases, diperkirakan antara 3.200-11.800 korban meninggal akibat Covid-19 pada Maret sampai September 2020 di Ibu kota, Mogadishu. Dalam kurun waktu tersebut, pemerintah melaporkan 99 kasus kematian dan 3.864 kasus terkonfirmasi Covid-19 di seluruh daerah di Somalia. Somalia melaporkan kasus pertama Covid-19 pada 16 maret 2020. Sampai pada waktu tersebut, perhitungan total kasus kematian yang diberikan oleh pemerintah Somalia adalah 1,180 kasus dan jumlah kasus terkonfirmasi 21,269 di negara mereka.  Para peneliti mengatakan bahwa ada perhitungan dalam jumlah besar yang tidak dicatat dari penduduk Somalia. “Tidak cukup berasumsi seperti banyak orang lainnya yang beranggapan Somalia merupakan negara yang beruntuk,” ungkap abdihamid Warsame, merupakan bagian dari tim penelitian di London School of Hygiene and Tropical Medicine. Para peneliti menggunakan gambar satelit kuburan dari 2016 sampai September 2020 dan juga wawancara dan data yang dikumpulkan sebagai dasar untuk mencapai kesimpulan. Melihat informasi tersebut, ada peningkatan yang substansial setelah Covid-19 terjadi di Somalia, Warsame menuturkan kepada VOA Somalia. “Setelah mencari tahu potensi penyebab kematian lainnya, seperti wabah lain yang mungkin terjadi atau peristiwa lainnya, kami tidak bisa menemukan hal lain yang bisa menyebabkan kematian dalam jumlah yang besar.” Tetapi tidak semua orang Somalia setuju dengan hasil penelitian tersebut. Perwakilan Somalia untuk organsisasi WHO, PBB, Dr. Mamunur Rahman Malik mengatakan bahwa tingkat ketepatan penelitian tersebut masih kurang. “Menurut saya angka tersebut masuk akal, ini cukup ilmiah tetapi mungkin saja tidak tepat karena tidak bisa dipastikan kematian apa atau berapa jumlah kematian yang telah terjdadi sebenarnya selama pandemic,” dia menuturkan kepada para pewarta VOA Somalia. Dia mengatakan bahwa bisa saja kebenarannya berada di antara tingkat kematian yang rendah sesuai laporan pemerintah dan tingkat kematian yang lebih tinggi dari hasil penelitian tersebut. Warsame menjelaskan bahwa dia tidak sedang menentang semua kuburan baru dari Maret ke September 2020 diartikan sebagai kematian akibat langsung dari Covid-19 tetapi dia menegaskan bahwa pandemi berdampak pada jumlah kependudukan yang dihitung selain tingkat kematian. “Selama Covid-19 penggunaan layanan kesehatan menurun, vaksinasi berkurang, penggunanan layanan ibu dan anak minim, jadi hal ini juga bisa berpotensi menyebabkan jumlah kematian melonjak,” dia menuturkan. “Oleh karena itu, Covid-19 memberikan dampak langsung dan tidak langsung terhadap kasus kematian yang terjadi.” Malik mengatakan bahwa jumlah kasus kematian yang dilaporkan oleh pemerintah hanya berdasarkan kasus orang yang meninggal di layanan medis dengan fasilitas Covid-19. Dia mengatakan sistem pendaftaran untuk mencatat jumlah kasus kematian di masyarakat tidak ada di Somalia. “Masalahnya adalah tidak adanya sistem pendaftaran tertentu di Somalia dan itulah yang menjadi keterbatasan terbesar yang sedang kami hadapi,” tuturnya lebih lanjut. [Yohana RJ/VOA News]

Topik:

Covid-19 Virus Korona Somalia