Kematian Global Akibat Covid-19 Tembus Angka Lima Juta Jiwa, AS Terbanyak

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 2 November 2021 09:56 WIB
Monitorindonesia.com - Jumlah kematian global akibat Covid-19 menembus angka lima juta hingga kemarin atau kurang dari dua tahun penyebaran wabah global yang telah memperlemah sendi-sendi perekonomian dunia tersebut. Secara keseluruhan, Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, Brasil yang merupakan negara berpenghasilan menengah ke atas atau tinggi yang merupakan seperdelapan dari populasi dunia, mencatat hampir setengah dari semua kematian yang dilaporkan. AS sendiri telah mencatat lebih dari 740.000 nyawa yang hilang sekaligus paling banyak dari negara lain manapun. “Ini adalah momen yang menentukan dalam hidup kita,” kata Dr Albert Ko, spesialis penyakit menular di Yale School of Public Health sebagaimana dikutip Aljazeera.com, Selasa (2/10/2-21). Jumlah kematian, seperti yang dihitung oleh Universitas Johns Hopkins, kira-kira sama dengan populasi gabungan penduduk Los Angeles dan San Francisco. Jumlah tersebut hampir sama dengan jumlah orang yang tewas dalam pertempuran antarnegara sejak 1950, menurut perkiraan dari Peace Research Institute Oslo. Secara global, Covid-19 kini menjadi penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan stroke. Angka yang mengejutkan ini hampir pasti masih rendah dari yang sebenarnya. Pasalnya, pengujian terbatas dan akibat orang-orang meninggal di rumah tanpa perawatan medis, terutama di bagian negara miskin seperti India. Titik pusat penyebaran telah bergeser selama 22 bulan sejak wabah dimulai sehingga mengubah berbagai tempat di peta dunia menjadi merah. Sekarang virus itu menyerang Rusia, Ukraina, dan bagian lain Eropa Timur. Penyebabnya terutama akibat informasi yang salah dan ketidakpercayaan pada pemerintah yang telah menghambat upaya vaksinasi. Di Ukraina, hanya 17 persen dari populasi orang dewasa yang divaksinasi lengkap, sementara di Armenia hanya tujuh persen. “Yang unik dari pandemi ini adalah pandemi ini paling parah melanda negara-negara dengan sumber daya tinggi,” kata Dr Wafaa El-Sadr, direktur ICAP, pusat kesehatan global di Universitas Columbia. “Itulah ironi dari Covid-19,” katanya. Negara-negara kaya dengan harapan hidup lebih lama memiliki proporsi orang tua, penyintas kanker, dan penghuni panti jompo yang lebih besar, yang semuanya sangat rentan terhadap Covid-19, kata catat El-Sadr. Sedangkan negara-negara miskin cenderung memiliki porsi korban anak-anak, remaja, dan dewasa muda yang lebih besar. Mereka lebih kecil kemungkinannya untuk jatuh sakit parah akibat virus Corona. India, meskipun dilanda gelombang varian Delta mengerikan yang memuncak pada awal Mei, sekarang memiliki tingkat kematian harian yang dilaporkan jauh lebih rendah daripada Rusia, AS, atau Inggris yang lebih kaya, meskipun ada ketidakpastian seputar angkanya. Terputusnya hubungan antara kekayaan dan kesehatan adalah paradoks yang akan dipikirkan oleh para ahli penyakit selama bertahun-tahun.   Sumber: Aljazeera.com

Topik:

Covid Amerika Korban Covid total kematian covid kematian global covid