PBB Serukan Zona Demiliterisasi Pembangkit Nuklir Zaporizhzhia

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 7 September 2022 13:41 WIB
Jakarta, MI - Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres menyerukan zona demiliterisasi di sekitar pembangkit nuklir Zaporizhzhia berupa penarikan pasukan pendudukan Rusia dan persetujuan pasukan Ukraina untuk tidak masuk. Guterres berpidato di sesi Dewan Keamanan PBB kemarin dan mendukung rekomendasi yang diajukan Rafael Mariano Grossi, direktur jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang memimpin kunjungan inspeksi ke pabrik Zaporizhzhia. Pembangkit tenaga nuklir itu diduduki tentara Rusia minggu lalu dan Dewan Keamanan melaporkn tentara dan peralatan militer masih ada di sana. “Kami bermain dengan api dan sesuatu yang sangat, sangat mungkin memicu bencana terjadi. Karena inilah mengapa dalam laporan kami, kami mengusulkan pembentukan zona perlindungan keselamatan dan keamanan nuklir terbatas pada perimeter dan pembangkit itu sendiri,” kata Grossi seperti dikutip TheGuardian.com, Rabu (7/9). Guterres mengatakan bahwa, sebagai langkah pertama, pasukan Rusia dan Ukraina harus menghentikan semua operasi militer di sekitar pabrik. “Sebagai langkah kedua, kesepakatan tentang batas demiliterisasi harus diamankan,” tambahnya. Dia mengatakan secara khusus demiliterisasi itu akan mencakup komitmen pasukan Rusia untuk menarik personel dan peralatan militer dari perimeter itu dan komitmen pasukan Ukraina untuk tidak bergerak. Duta Besar Rusia untuk PBB, Vasily Nebenzya menyalahkan penembakan atas pabrik itu baru-baru ini oleh pihak Ukraina dan menggambarkan pasukan Rusia sebagai melindungi pabrik. Namun dia tidak menanggapi seruan untuk zona keamanan, proposal yang sejauh ini ditolak Moskow. Sebelumnya Kementerian luar negeri Rusia menolak proposal Guterres untuk mendemiliterisasi daerah di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia yang dikuasai Rusia di Ukraina. Moskow mengatakan bahwa langkah itu akan membuat fasilitas itu "lebih rentan". PLTN terbesar di Eropa itu direbut Rusia pada Maret, tak lama setelah Presiden Vladimir Putin memerintahkan puluhan ribu tentara ke Ukraina dalam apa yang disebutnya "operasi militer khusus". Kekhawatiran telah berkembang dalam beberapa pekan terakhir atas keamanannya dan risiko kemungkinan kecelakaan nuklir setelah Ukraina dan Rusia saling menuduh menembaki itu. Guterres, yang saat ini dalam kunjungan ke Ukraina, menyerukan penarikan personel militer dan peralatan dari pembangkit listrik dan untuk "perbatasan aman demiliterisasi." #PBB