OJK: Tren Restrukturisasi Kredit Terus Melandai

mbahdot
mbahdot
Diperbarui 14 Oktober 2021 19:03 WIB
Monitorindonesia.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengklaim tren restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh industri perbankan di Tanah Air terus melandai setelah sempat mencapai hampir Rp1.000 triliun. Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, mengungkapkan posisi terakhir restrukturisasi kredit mencapai Rp744,75 triliun. “Kita harapkan angka terakhir sudah lebih rendah dari itu, kira-kira sudah mencapai Rp720 triliun,” kata Wimboh dalam Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2021, Kamis (14/10/2021). Wimboh pun menilai hal tersebut tak lepas dari sinergi kebijakan pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan selama masa pandemi ini, khususnya melalui penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Peprpu) tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). "Itu merupakan payung hukum kita semua dalam menangani pandemi COVID-19 bagi perekonomian kita dan sektor keuangan. Kebijakan-kebijakan tersebut juga kita lakukan dengan sangat hati-hati dan terintegrasi seluruh sektor,” jelasnya. Ia menambahkan, berbagai upaya pemulihan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah, otoritas keuangan, dan berbagai pihak, juga menunjang kembalinya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke posisi pra pandemi. Di tengah fluktuasi ekonomi global, OJK terus mengamati perbaikan kondisi domestik, khususnya terkait pemulihan mobilitas dan juga konsumsi masyarakat. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, sebanyak 55,07 persen, berasal dari konsumsi rumah tangga sehingga strategi percepatan perekonomian ke depan harus difokuskan pada beberapa hal. Pertama, keberhasilan penanganan pandemi melalui akselerasi vaksinasi nasional dan kesiapan fasilitas kesehatan sebagai langkah yang preventif dan antisipatif. Kedua, memitigasi dampak potensi negatif arah kebijakan fiskal dan moneter di negara maju. Ketiga, upaya mendorong permintaan domestik. Mobilitas yang lebih longgar diharapkan bisa menjadi sumber pertumbuhan yang paling besar dalam perekonomian nasional. Selain itu, upaya mendorong produksi produk yang berorientasi ekspor mesti terus dilakukan. “Permintaan tekstil cukup besar di global. Kami mengharapkan produksi tekstil di Indonesia tidak terganggu. Kebijakan kita arahkan agar kita punya competitive advantages dari produk tekstil yang permintaannnya di global luar biasa,” jelas Wimboh. OJK juga berkomitmen untuk terus mendorong kebangkitan sektor pariwisata Tanah Air yang terdampak langsung oleh pandemi. Salah satu caranya dengan memberikan top up pinjaman kepada sektor itu. "Jangan sampai begitu pariwisata normal, ternyata kita tidak siap men-serve adanya potensi besar dari pariwisata tersebut," ujar Wimboh.