Pengamat Ini Ungkap Penyebab Harga BBM Menjadi Mahal

wisnu
wisnu
Diperbarui 20 April 2022 06:52 WIB
Jakarta, MI - Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro membeberkan penyebab harga bahan bakar minyak menjadi mahal, selain karena Indonesia keluar dari keanggotaan OPEC, ternyata bahan bakunya juga masih impor. "Sejak 2008 kita resmi keluar dari keanggotaan OPEC karena sudah menjadi net importir. Produksi dalam negeri tak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan yang pesat sehingga harus impor. Harga BBM saat ini mahal karena harga minyak mentahnya sedang tinggi," kata Komaidi dalam diskusi dengan media secara virtual dikutip, Rabu (20/4). Dia pun menilai, anggapan bahwa harga jual BBM nonsubsidi seperti Pertamax terlalu tinggi adalah salah kaprah. Dia menganggap, tudingan pihak itu karena tidak paham yang menyebutkan bahwa produksi minyak mentah hanya Rp1.772,00 per liter. Padahal, harga internasional per Maret 2022 sudah mencapai Rp10.209,00 per liter. "Asumsi harga minyak mentah 19,5 dolar AS per barel itu cost production dari salah satu lapangan, bukan harga jual minyak mentah. Acuannya sudah jelas, domestik itu ICP (harga minyak mentah Indonesia). Harga ICP Maret 113 dolar AS per barel, jauh di atas asumsi dalam APBN 2022 yang 63 dolar AS per barel," kata dia. [caption id="attachment_423458" align="aligncenter" width="300"] Konsumsi BBM jenis Pertalite di Solo meningkat. (Foto: Dok/Ist)[/caption] Konsumsi BBM saat ini, kata dia, mencapai 1,6 juta barel per hari (bph). Tapi, produksi minyak mentah yang diolah jadi BBM kurang dari 750.000-an bph. Nah, dari total produksi itu, Indonesia hanya mendapatkan sekitar 480.000-an bph karena sebagian digunakan sebagai cost recovery, dikembalikan ke kontraktor sebagai bagi hasil. Komaidi menilai perhitungan menyeluruh harga minyak internasional dan domestik akan lebih adil untuk mengetahui keekonomian harga BBM. Biaya produksi hanya bagian dari harga jual. Ada komponen biaya lain yang sama seperti negara lain, salah satunya adalah harga minyak global, biaya pengolahan/pengilangan, biaya distribusi serta transportasi, termasuk penyimpanan dan lain-lain. "Selain itu, ada pajak dan margin badan usaha," ujarnya. Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti itu menyebutkan komponen harga minyak mentah relatif sama karena harga internasional. Namun, komponen lainnya bisa berbeda tiap wilayah, bahkan ada yang di satu negara berbeda-beda. Seperti contoh, kata dia, biaya pengilangan di Balongan dan Cilacap beda, konsekuensinya biaya juga beda. Pajak juga beda. Belum ditambah perbedaan pada biaya transportasi distribusi. "Kalau mau fair kita hitung menyeluruh sekian persen acuan harga internasional dan domestik. Akan tetapi, bedanya tidak jauh. Misalnya domestik ICP. Itu kalau dibandingkan WTI, ICP lebih mahal karena kualitasnya di atas Brent," katanya.

Topik:

BBM Harga BBM