Kenaikan Suku Bunga BI Perlambat Pertumbuhan Kredit

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 25 Oktober 2023 21:37 WIB
Bank Indonesia (Foto: Net)
Bank Indonesia (Foto: Net)

Jakarta, MI - Kenaikan suku bunga BI diperkirakan dapat memperlambat laju pertumbuhan kredit usaha. Hal ini terjadi karena risiko dan beban pinjaman yang lebih tinggi. Dunia usaha juga memandang perbankan makin selektif dalam mendistribusikan kredit dengan tingkat suku bunga saat ini.

Hal Ini dikarenakan tidak semua bisnis memiliki kinerja atau profit margin yang cukup besar untuk menutupi beban bunga. Dengan kenaikan suku bunga BI,  situasi akan menjadi lebih sulit bagi dunia usaha.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia, Shinta Widjaja Kamdani menilai, bahwa rupiah akan terus melemah hingga akhir tahun, terutama jika Federal Reserve (Fed) kembali menaikkan suku bunga acuannya untuk mengontrol inflasi dan konflik di Timur Tengah yang meluas. Kedua faktor ini dapat menyebabkan pelemahan rupiah yang signifikan.

"Karena itu, kami memahami dan mendukung langkah antisipatif BI dengan meningkatkan suku bunga acuan karena risiko pelemahannya semakin besar. Semoga saja dengan langkah kebijakan ini, pelemahan nilai tukar bisa diminimalisir, bahkan rupiah bisa menguat," harap Shinta dikutip pada Rabu (25/10).

Namun, dia mengingatkan bahwa kenaikan suku bunga harus diikuti dengan efektivitas bauran kebijakan yang lebih baik. Hal ini harus dilakukan untuk memperkuat mata uang Garuda, meringankan beban bisnis global, dan mendorong pertumbuhan ekonomi negara.

Dianggap penting untuk memperkuat nilai tukar rupiah karena mata uang Indonesia terus melemah di hadapan dolar AS dalam tiga bulan terakhir, yang dianggap mengganggu aktivitas bisnis di Indonesia.

"Khususnya dalam bentuk penggelembungan overhead cost usaha, sehingga pertumbuhan produktivitas atau kinerja usaha dan daya saing ekspor menurun," jelas Shinta.

"Beberapa pelaku usaha di sektor juga terpaksa menaikan harga jual di pasar, karena kenaikan overhead cost yang disebabkan oleh efek pelemahan nilai tukar terhadap beban impor bahan baku/penolong dan barang modal," tutupnya. (Ran)