Sri Mulyani Sebut APBN Akan Defisit di Akhir Tahun

Rendy Bimantara
Rendy Bimantara
Diperbarui 26 Oktober 2023 09:28 WIB
Sri Mulyani (Foto : Reuters)
Sri Mulyani (Foto : Reuters)

Jakarta, MI - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) akan berbalik defisit dalam bulan-bulan terakhir pada tahun 2023, setelah sembilan bulan berturut-turut mengalami surplus.

Meski terjadi defisit yang signifikan, dia memastikan bahwa kas negara masih memiliki dana untuk membiayai operasional pemerintah dan kebutuhan belanja atau pembiayaan pada awal 2024, ketika penerimaan belum terkumpul sepenuhnya.

Per 31 September 2023, APBN masih mampu menghasilkan surplus sebesar Rp 67,7 triliun, atau 0,70% dari PDB. Ini jauh dari target tahun ini sebesar Rp 598,2 triliun, atau 2,84% dari target 2023.

"Nanti kita masih 2 bulan ke depan itu bisa menghasilkan defisit yang kita upayakan lebih rendah lagi dari 2,3% dari PDB," kata Sri Mulyani saat konferensi pers APBN kepada Wartawan.

Selain itu, surplus ini dapat meningkat 10,6% dari realisasi APBN September 2022 sebesar Rp 61,2 triliun. Namun, jika dibandingkan dengan realisasi APBN Agustus 2023 sebesar Rp 147,2 triliun, surplus ini turun 54%.

Realisasi pendapatan negara sebesar Rp 2.035,6 triliun jauh lebih besar dari belanja negara yang baru ditetapkan sebesar Rp 1.967,9 triliun. Ini berbeda dengan target pendapatan negara pada 2023 sebesar Rp 2.637,2 triliun dan belanja negara sebesar Rp 3.123,7 triliun. Akibatnya, ada surplus.

Sri Mulyani menyatakan bahwa defisit akan bertahan hingga akhir tahun karena belanja negara akan meningkat menjadi Rp 1.155,7 triliun dari Oktober hingga Desember 2023, termasuk belanja pemerintah pusat sebesar Rp 901,3 triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp 254,4 triliun.

"Kita sudah memperkirakan belanja pasti akan melonjak karena biasanya memang kementerian lembaga semuanya mulai membayarkan kontrak-kontraknya itu pada November-Desember," tutup Sri.(Ran)