PLN Lirik Energi Angin

Rendy Bimantara
Rendy Bimantara
Diperbarui 14 November 2023 08:59 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir meninjau fasilitas PLTB Pondera di Flevoland, Belanda (Foto: Dok Kementrian BUMN)
Menteri BUMN Erick Thohir meninjau fasilitas PLTB Pondera di Flevoland, Belanda (Foto: Dok Kementrian BUMN)

Jakarta, MI - PT PLN (Persero), melalui subholding PLN Nusantara Power (NP), bekerja sama dengan Powerchina International Group Limited (Powerchina) untuk mempercepat bauran energi baru terbarukan (EBT) di Tanah Air. Tujuan dari kolaborasi ini adalah untuk mempelajari potensi energi angin di Indonesia.

PLN NP dan Powerchina sebelumnya sudah melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pada Kamis (9/11/2023). Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, kerja sama dengan Powerchina merupakan wujud upaya PLN untuk terus mendorong transisi energi.

Untuk menanggulangi krisis perubahan iklim dan mengurangi emisi karbon, eksplorasi sumber-sumber EBT baru yang potensial perlu terus dilakukan. "Kita bersama-sama menghadapi tantangan krisis perubahan iklim. Untuk itu, kita berkomitmen membangun kemitraan yang kuat guna mengubah tantangan tersebut menjadi peluang," kata Darmawan kepada wartawan, Senin (13/11).

Menurut Darmawan, ada sekitar 155 Gigawatt (GW) potensi energi angin di seluruh Indonesia.

Kedua pihak setuju untuk melakukan penelitian pengembangan tambahan selain pengembangan potensi angin. Ini mencakup penelitian pembangunan pembangkit bertenaga angin lepas pantai di Samudra Hindia dan Pasifik, serta pembangkit berbasis EBT seperti hidro, biomassa, surya, dan ombak.

"Presiden Joko Widodo baru saja meresmikan PLTS yang merupakan terbesar di Asia Tenggara. Pemerintah Indonesia bersama PLN telah memetakan dengan saksama potensi EBT yang ada di Indonesia. Kami sudah punya angkanya. Sehingga dengan kolaborasi ini, potensinya akan jadi tak terbatas," kata Darmawan.

Direktur Utama PLN NP Ruly Firmansyah menambahkan, kolaborasi dengan Powerchina adalah bagian dari upaya PLN Group membantu Pemerintah Indonesia mencapai target net zero emissions pada 2060. Kolaborasi ini semakin penting posisinya mengingat besarnya potensi EBT di Tanah Air.

"Kolaborasi ini tidak hanya menjanjikan kesuksesan dari sisi bisnis. Namun, lebih luas akan berdampak signifikan di tingkat global dan punya potensi mengubah wajah industri energi," kata Ruly.   

Dia percaya bahwa kerja sama ini akan sangat bermanfaat karena akan berkonsentrasi pada pengembangan potensi EBT di Tanah Air. Selain itu, studi kelayakan juga akan mencakup aspek ekonomi dan teknis.(Ran)