Likuiditas Rendah, Emiten Prajogo Pangestu TPIA Tersingkir dari LQ45

Zefry Andalas
Zefry Andalas
Diperbarui 30 Januari 2024 07:53 WIB
Gedung Bursa Efek Indonesia. (Foto: website resmi BEI)
Gedung Bursa Efek Indonesia. (Foto: website resmi BEI)

Jakarta, MI - Emiten konglomerat Prajogo Pangestu PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) tersingkir dari anggota indeks LQ45. Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan TPIA keluar dari LQ45 berdasarkan parameter yang digunakan, secara kuantitatif dan juga mengacu pada prosedur maupun manual yang sudah ditetapkan BEI.

"Jadi bursa tidak pada posisi bisa memilih saham mana yang masuk ataupun tidak masuk," kata Jeffrey di Gedung BEI Jakarta, Senin (29/1).

Tapi, dari BEI tidak akan bisa membuka secara penuh terkait metodologinya. Jeffrey menegaskan hal itu agar tidak ada pihak-pihak tertentu yang dengan sengaja menyesuaikan untuk bisa masuk ke dalam konstituen LQ45.

Parameter kuantitatif yang dimaksud mencangkup nilai likuiditas, frekuensi likuiditas, dan volume likuiditas. Sementara itu, parameter kualitatif mencakup rasio fundamental, termasuk termasuk histori emiten pernah mengalami unusual market activity (UMA).

Saham LQ45 adalah representasi harga saham dari 45 emiten yang ada di BEI. Emiten yang dipilih, ditentukan berdasarkan pertimbangan likuiditas tertinggi dan kapitalisasi pasar terbesar dengan kriteria-kriteria lain yang sudah ditentukan.

Sebelumnya, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan hasil rebalancing emiten-emiten yang berada di indeks LQ45. Dalam daftar terbaru, ada empat saham baru yang masuk dalam indeks yang paling likuid di BEI.

Dari pengumuman resmi BEI, keempat emiten yang baru masuk LQ45 antara lain PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), dan PT Mitra Pack Tbk (PTMP).

Keempat saham tersebut menggeser posisi PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA).