Ribut-ribut Hilirisasi Nikel: Mempertahankan dan Merebut Kekuasaan!

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 30 Januari 2024 18:17 WIB
Ilustrasi - Tambang Nikel (Foto: MI/Net/Ist)
Ilustrasi - Tambang Nikel (Foto: MI/Net/Ist)

Jakarta, MI - Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menyoroti perseteruan co-Captain Tim Nasional (Timnas) Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) Thomas Lembong dengan Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan soal hilirisasi nikel dan kendaraan listrik.

Jatam menilai perseteruan itu telah mengabaikan realitas yang memiskinkan warga dan menguntungkan pelaku industri. 

Menurut Jatam, hilirisasi nikel itu telah memicu perluasan pembongkaran nikel yang berdampak pada lenyapnya ruang produksi warga, pencemaran sumber air dan perairan laut, perusakan kawasan hutan yang memicu deforestasi, terganggunya kesehatan warga, hingga kekerasan dan kriminalisasi, serta kecelakaan kerja yang berujung pada kematian.

Situasi itu terjadi di hampir seluruh kawasan industri, mulai dari PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Morowali, PT Gunbuster Nickel Industry di Morowali Utara, Virtue Dragon Nickel Industry di Konawe, Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) di Halmahera Tengah, hingga Kawasan Industri di Pulau Obi yang dikendalikan Harita Group.

Jatam menegaskan pengabaian atas realitas pelik itu, berikut saling “serang” antar elit politik yang sedang mempertahankan dan merebut kekuasaan pada Pemilu 2024, tampak bukan semata-mata membongkar borok proyek hilirisasi andalan Presiden Jokowi yang ugal-ugalan, tetapi juga bisa dibaca sebagai terganggunya kepentingan bisnis Bahlil dan Luhut, serta sejumlah pengusaha dan elit politik yang tersebar di tiga pasangan capres-cawapres Pemilu 2024.

Bahlil, misalnya, terhubung ke PT Meta Mineral Pradana, perusahaan tambang nikel yang memiliki dua izin tambang di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.

"Pemegang saham perusahaan ini dimiliki oleh PT Rifa Capital (10%) dan PT Papua Bersama Unggul (90%), milik Bahlil," kata Koordinator Jatam, Melky Nahar dalam keteranganya dikutip Monitorindonesia.com, Selasa (30/1).

https://teropongnews.com/wp-content/uploads/2024/01/Bahlil-infog.png?v=1706555736

Sementara Luhut, relasinya terkait dengan PT Energi Kreasi Bersama (Electrum), perusahaan patungan antara PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) dan PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), milik Luhut.

Electrum berfokus pada pengembangan ekosistem dan industri kendaran listrik secara terintegrasi dari hulu ke hilir, meliputi manufaktur sepeda motor listrik, teknologi pembuatan baterai, infrastruktur penukaran (swap) baterai dan stasiun pengisian daya, hingga pembiayaan.

“Melalui GoTo ini pula, kepentingan bisnis Luhut ketemu dengan Garibaldi Boy Thohir, yang beberapa hari lalu mengklaim sejumlah taipan mendukung pasangan Prabowo-Gibran. Boy Thohir tercatat sebagai pemegang saham sekaligus menjabat sebagai Komisaris GoTo,” beber Melky.

Melky pun menegaskan saling “serang” antara Tom vs Luhut dan Bahlil hanya terkait kepentingan mereka sendiri dan kroni serta industri itu sendiri.

Parahnya lagi, gaduh nikel itu demi meraup keuntungan politik di Pemilu 2024, tidak dalam rangka mengatasi penderitaan dan kerusakan lingkungan akibat proyek hilirisasi.

“Dipakai atau tidak dipakainya nikel Indonesia oleh Tesla, sama sekali tak berdampak pada pengurangan pembongkaran nikel di Kepulauan Sulawesi, Maluku, hingga Papua. Sebaliknya, pembongkaran terus berlanjut, mengabaikan derita rakyat dan kerusakan lingkungan yang tak pernah terurus,” pungkas Melky.

https://teropongnews.com/wp-content/uploads/2024/01/Luhut-01-01-1-1536x864.png?v=1706555773

Satu Suara Menyangkal

Luhut Pandjaitan dan Bahlil Lahadalia satu suara menyangkal Co-Captain Timnas Anies-Muhaimin, Thomas Lembong, soal nikel. Thomas Lembong sebelumnya mempersoalkan hilirisasi nikel yang dianggapnya ugal-ugalan.

Lembong juga menyebut pengembangan kendaraan listrik dunia seperti Tesla tidak lagi menggunakan bahan baku nikel, tapi Lithium Ferro Phosphate (LFP). 

Bahlil dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (25/1/2024) kemarin menyatakan bahwa tudingan ugal-ugalan itu tidaklah benar.

"Saya ingin mengatakan, tidaklah benar kalau ada seorang mantan pejabat, pemikir ekonomi atau siapapun yang menyatakan nikel nggak lagi jadi bahan yang dikejar-kejar investor untuk membuat baterai mobil," tegas Bahlil.

Bahlil tak menampik, memang untuk bahan baku LFP, fosfat, dan litium tidak ada di Indonesia. Itu karena yang ada di Tanah Air berupa kobalt, mangan, dan nikel. Namun Bahlil menekan komitmen pemerintah yang tengah fokus mengembangkan sumber daya alam dalam negeri, di antaranya nikel.

Bahlil yang juga mantan ketua HIPMI itu justru curiga informasi soal nikel yang tidak dipakai lagi itu digunakan untuk melobi pemerintahan selanjutnya agar tidak lagi melarang ekspor barang mentah.  "Hati-hati loh! Ini saya menghubungkan. Jangan sampai di bangsa ini ada antek-antek asing untuk masuk merusak tatanan dalam kebijakan publik, bahaya ini," katanya.

Sementara itu, Luhut menyangkal soal kekhawatiran harga nikel yang kini mulai turun di pasaran seperti disampaikan Tom Lembong. Menurut Luhut, masalah harga nikel yang menjadi produk hilirisasi ini harus dilihat dalam rentang panjang.

Dalam 10 tahun terakhir, klaim Luhut, terlihat bagaimana siklus harga komoditas yang bergerak naik dan turun. "Kan anda pebisnis juga, siklus dari komoditas kan naik dan turun. Apakah itu batu bara, nikel, timah atau emas apa saja," jelasnya. 

Hanya saja, jelas Luhut, kalau melihat selama 10 taun terakhir ini, harga nikel dunia itu rata-rata 15 ribuan dolar AS. Pada periode 2014-2019 saat hilirisasi mulai dilakukan, bahkan harga rata-rata nikel itu hanya 12 ribu dolar AS. 

"Saya jadi gak ngerti bagaiman Tom Lembong memberikan statemen seperti ini. bagaimana Anda memberi advice bohong kepada calon pemimpin yang Anda dukung. Saya sedih melihat Anda itu, inteletktual Anda diragukan," bebernya. 

Bagi Luhut, Tom mungkin mungkin betul seorang intelektual, tetapi memiliki karakter tidak bagus. "Cucu saya yang di George Town AS bilang, waktu anda (Tom) bicara di  Washington DC dua pekan lalu, 'bagaimana opung ada seorang mantan menteri yang bicara menjelekkan pemerintahannya sendiri, di mana waktu lalu dulu dia bekerja di situ what kind of personality is this Opung'," kata Luhut menirukan ucapan cucunya tersebut. 

Menurut Luhut, Tom harus mengerti jika harga nikel terlalu tinggi, maka itu akan sangat berbahaya. Mengapa demikian?

Kata Luhut, karena orang akan mencari bentuk material lain buat membuat baterai seperti LFP. "Jadi ini kalau kita hargannya ketinggian orang akan cari alternatif lain, teknologi berkembang sangat cepat karena itu kita mncari keseimbangan," katanya.

Luhut lantas mempertanyakan kemampuan Lembong dalam menyelesaikan tugas-tugas pemerintah saat menjabat.  

"Waktu anda di BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) apa yang Anda lakukan coba. Anda ditugaskan untuk menyelesaikan OSS, saya ingat betul itu, bagaimana Anda curhat ke saya, tapi itu kan sampai anda meninggalkan kabinet tidak pernah selesai, sekarang kami yang menyelesaikan itu," ujar Luhut dalam sebuah wawancara yang diunggah di X, Kamis (25/1).  

Tom Lembong Tetap Santai

Tom Lembong, santai menghadapi keroyokan dari tim pendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Yakni mulai dari Bahlil Lahadalia, Habiburokhman, Budiman Sudjatmiko hinggaLuhut Binsar Panjaitan. 

Bahlil, Budiman, Habib dan Luhut, menurut Tom Lembong hanya sedang menjalankan tugas sebagai pemadam kebakaran. Kebakaran itu, menurut dia, disebabkan oleh Gibran dan tim penasehat debatnya sendiri saat debat cawapres akhir pekan lalu.

"Mereka kirim rudal, tapi yang kebakaran sebelah sana. Kelihatannya kebakarannya besar karena sampai mengerahkan dari mulai Pak Bahlil, Habiburokhman, Budiman sampai sekelas Pak Luhut."

"Semuanya lagi jadi pemadam kebakaran. Jadi pasukan pemadam kebakaran itu sampai segitunya ya, berarti ini benar-benar kebakaran yang dahsyat," kata Tom Lembong, dikutip dari video klarifikasi di TikTok.

Tom Lembong pun mengaku memahami psikologis yang dialami tim penasehat debat Gibran saat ini. Ia yakin tim debat Gibran sudah kena semprot oleh Gibran, Prabowo bahkan oleh Presiden Jokowi sendiri.

Karena Tom pernah merasakan berada di dalam posisi sebagai salah satu penasehat Jokowi sejak dari Gubernur DKI sampai menjadi presiden. 

https://static.promediateknologi.id/crop/0x0:0x0/750x500/webp/photo/p1/294/2024/01/26/Tom-Lembong-906553024.png

Ada yang Panik?

Menurut Tom Lembong, kepanikan dari tim Gibran disebabkan karena status sebagai pemenang saat debat cawapres pertama. Mantan Menteri Perdagangan itu mengakui saat debat cawapres pertama, Gibran tampil mengesankan melewati ekspektasi publik.

Tapi ketika sudah berstatus pemenang, Gibran sudah dibebani ekspektasi tinggi oleh timnya sehingga sulit bagi Gibran mengulangi kesuksesan debat pertama.

"Di debat kedua (debat cawapres pertama), Mas Gibran punya kelebihan, yaitu ekspektasi yang rendah, sehingga jauh melampaui ekspektasi, dengan menang."

"Lalu setelah itu bebannya tinggi, ekspektasi sudah tinggi sekali, dan kelihatannya settingan tim gibran ingin lebih agresif lagi, hajar habis sampai, keluar itu senjata-senjata, seperti (kata-kata) contekan dari Tom Lembong," ungkap Tom Lembong melanjutkan.

Di lain sisi, Tom Lembong menilai dengan sikap yang diperlihatkan Gibran di debat cawapres terakhir, justru menjatuhkan marwahnya sendiri.

Dan cawapres yang ia dukung, yakni Muhaimin menurut Tom justru tampil mengesankan karena tetap tenang, menghormati lawan dan konsisten bicara substansi.

"Sekali lagi senjata makan tuan, malah Mas Gibran yang kelihatan kurang berkelas," tandasnya. (wan)