Akankah Indonesia Ikut Masuk Jurang Resesi?

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 21 Februari 2024 00:15 WIB
Ilustrasi - Ekonomi Indonesia (Foto: Istimewa)
Ilustrasi - Ekonomi Indonesia (Foto: Istimewa)

Jakarta, MI - Meski Jepang dan Inggris saat ini tengah resesi, namun Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Erick Thohir menilai ada peluang bagi ekonomi Indonesia untuk tumbuh lebih tinggi.

Sat ini saja, klaim Erick, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,05 persen, lebih tinggi dari banyak negara di dunia. Erick tak menutup kemungkinan ekonomi Tanah Air bisa tumbuh 5,5 persen tahun depan.

"Ketika banyak negara resesi tapi sebenarnya itu ada kesempatan untuk Indonesia tumbuh, tinggal bisa enggak kita, yang tadi saya sampaikan, konsolidasi," kata Erick usai Groundbreaking Gedung BNI di Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, Tangerang, Banten, Selasa (20/2).

Konsolidasi yang dimaksudnya adalah adanya kerja sama antara pemerintah pusat hingga pemerintah daerah. Utamanya, untuk memberikan kemudahan bagi masuknya investasi ke Indonesia. Dengan begitu, ekonomi nasional bisa ikut terkerek.

"Pemerintah pusat, pemerintah daerah lebih mempermudah perizinan, perizinan berinvetasi, perizinan juga untuk lahan dan lain-lain, dan di situlah tentu bagaimana juga kita mendorong yang namanya swasta untuk tumbuh, BUMN untuk tumbuh, dan investasi bisa masuk yang sebesar-besarnya," jelas Erick.

Dia menegaskan, saat negara-negara besar di dunia terancam resesi, Indonesia punya peluang untuk tumbuh lebih cepat. Lagi-lagi, kuncinya adalah ramah terhadap investor.

"Jadi ketika misalnya Inggris ada resesi, Jepang ada resesi bukan berarti kita menuju resesi, ya dimana justru itulah oportunity ketika negara lain memperlambat, kita mempercepat pertumbuhannya, tinggal konteksnya bisa enggak kita memperbaiki diri kita sendiri supaya lebih friendly kepada market, friendly kepada investment," bebernya.

Erick menuturkan, guna mendorong pertumbuhan ekonomi Tanah Air, tak sebatas bergantung pada kontribusi BUMN. Tapi, ada kolaborasi antara perusahaan pelat merah dan swasta. "Saya enggak mau bicara BUMN sendiri, tapi kolaborasi menyeluruh antara BUMN dengan private sector, investasi yang kita dorong," tegasnya.

Dia mencontohkan, salah satu persaingan terjadi di industri perbankan nasional. Dalam daftar 10 bank terbesar, lima diantaranya adalah bank BUMN. Hal ini yang dinilai Erick sebagai persaingan sehat tanpa adanya monopoli pasar.

Itulah realita sebuah persaingan yang sehat, yaa tidak BUMN memonopoli ataupun swasta memonopoli. Tapi perimbangan dari persaingan yang sehat itu yang harus ditumbuhkan. Disini itu yang saya bilang antara bank BUMN pun bersaing secara sehat," pungkas Erick.