Inflasi AS dan Kebijakan Trump Tekan Harga Emas

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 14 November 2024 18:53 WIB
Harga Emas Tertekan Akibat dari Inflasi AS [Foto: Repro]
Harga Emas Tertekan Akibat dari Inflasi AS [Foto: Repro]

Jakarta, MI - Harga emas global mengalami penurunan tajam akibat penguatan signifikan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi AS, yang mengurangi daya tarik emas sebagai aset aman.

Setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS, pasar memperkirakan kebijakan fiskal agresif yang akan mendorong inflasi dan memperkuat dolar.

Pada perdagangan Kamis (14/11/2024), harga emas spot turun ke posisi US$ 2.573,78 per troy ons, melemah 0,9%. Ini merupakan penutupan terendah sejak 18 September 2024 atau hampir dua bulan terakhir.

Pelemahan harga emas ini memperpanjang tren negatif yang sudah berlangsung selama empat hari berturut-turut, dengan total penurunan mencapai 4,92%.

Meski demikian, harga emas menunjukkan sedikit pemulihan hari ini. Pada Kamis pagi (14/11/2024) pukul 06.15 WIB, harga emas spot naik tipis 0,03% menjadi US$ 2.574,44 per troy ons.

Penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi US Treasury memberikan tekanan besar pada harga emas. 

Indeks dolar AS (DXY) ditutup di level 106,505, level tertinggi sejak 1 November 2023. 

Kenaikan ini diperburuk oleh lonjakan imbal hasil obligasi US Treasury bertenor 10 tahun yang mencapai 4,43% dalam perdagangan terakhir, tertinggi sejak 1 Juli 2024.

Kondisi ini mengurangi daya tarik emas sebagai aset investasi. Karena emas umumnya diperdagangkan dalam dolar, penguatan mata uang ini membuat harga emas lebih mahal bagi investor non-AS, sehingga permintaan berkurang.

Lonjakan dolar AS dan imbal hasil US Treasury juga diperkuat oleh data inflasi Amerika Serikat yang dirilis baru-baru ini. 

Inflasi tahunan AS tercatat meningkat pada Oktober 2024, mencapai 2,6% (yoy), naik dari 2,4% di bulan sebelumnya. Ini merupakan kenaikan pertama dalam tujuh bulan terakhir karena sejak Maret-September 2024, inflasi terus melandai. Sementara itu, inflasi inti mencapai angka 3,3% pada Oktober.

Secara bulanan, baik inflasi umum maupun inflasi inti mencatat kenaikan sebesar 0,2% di Oktober, sama dengan bulan sebelumnya.

Data inflasi yang naik membuat pasar semakin skeptis bahwa The Fed akan melanjutkan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Desember mendatang. Berdasarkan CME FedWatch Tool, ekspektasi pemangkasan suku bunga turun signifikan dari 82,73% menjadi hanya 58,7%. Peningkatan inflasi dan tekanan harga dari kebijakan tarif yang direncanakan oleh Presiden Trump memberikan indikasi bahwa suku bunga AS bisa tetap tinggi lebih lama dari perkiraan sebelumnya.

Jika The Fed mempertahankan suku bunga atau kembali bersikap hawkish, hal ini kemungkinan akan memperkuat dolar AS. Dampaknya bisa mengancam stabilitas rupiah dan aliran modal di Indonesia, karena investor cenderung memilih aset berdenominasi dolar AS yang dianggap lebih aman dalam kondisi suku bunga tinggi di Amerika Serikat.

"Setelah kemenangan Trump, pasar kini memprediksi kebijakan pajak dan tarif baru yang akan mendorong inflasi dan permintaan dolar yang lebih kuat," jelas Rhona O'Connell, analis dari StoneX.

Menurut O'Connell, ketidakpastian inflasi yang disebabkan oleh kebijakan Presiden Trump kemungkinan akan membatasi ruang bagi Federal Reserve (The Fed) untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut pada pertemuan Desember mendatang. Sebelumnya, pasar memperkirakan peluang pemangkasan mencapai 65%.

Data terbaru dari Consumer Price Index (CPI) AS menunjukkan inflasi meningkat sesuai perkiraan, memperkuat kemungkinan bahwa The Fed akan menahan siklus pelonggaran kebijakan yang lebih agresif. Para analis memperkirakan, level kunci US$ 2.600 menjadi area psikologis yang krusial untuk tren emas ke depan, terutama jika kekhawatiran inflasi terus meningkat.

Volatilitas harga emas diperkirakan akan tetap tinggi, terutama di tengah perkembangan kebijakan fiskal dan moneter AS. Para investor akan terus mengamati dampak kebijakan Trump terhadap inflasi, serta keputusan The Fed pada bulan mendatang.

Topik:

harga-emas penguatan-dolar-as inflasi