China Peringatkan Trump: Penerapan Tarif Tambahan Impor Bisa Memicu Perang Dagang

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 27 November 2024 17:11 WIB
Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump [Foto: Repro]
Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump [Foto: Repro]

Jakarta, MI - Rencana penerapan tarif tambahan atas barang impor asal China dikhawatirkan akan memicu perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.

Media pemerintah China memperingatkan Presiden terpilih AS, Donald Trump terkait rencananya menerapkan tarif tambahan atas barang impor asal China. Rencana Trump dikhawatirkan akan menimbulkan perang dagang yang semakin merusak.

Diketahui, Trump resmi menjabat pada 20 Januari 2025. Ia berencana mengenakan tarif tambahan sebesar 10% pada barang impor asal China. Trump berdalih kebijakan tersebut diterapkan demi menekan penyelundupan obat terlarang, fentanil.

Dikutip dari Reuters, Rabu (27/11/2024), masa jabatan pertama Trump mengakibatkan perang dagang yang mengganggu rantai pasokan global dan menekan perekonomian karena inflasi dan biaya pinjaman melonjak.

AS diminta tidak meragukan komitmen China memberantas peredaran fentanil. Editorial di saluran Partai Komunis China, China Daily dan Global Times pada memperingatkan agar AS tidak mengkambinghitamkan China terkait persoalan fentanil di Negeri Paman Sam. 

"Alasan yang diberikan presiden terpilih AS untuk membenarkan ancamannya mengenakan tarif tambahan terhadap impor dari China tidak masuk akal," kata China Daily.

"Tidak ada pemenang dalam perang tarif. Jika AS terus mempolitisasi masalah ekonomi dan perdagangan dengan mempersenjatai tarif, maka tidak ada pihak yang akan terkena dampaknya," tambahnya.

Para ekonom mulai menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China, yang diperkirakan mencapai US$ 19 triliun pada tahun 2025 dan 2026, sebagai respons terhadap ancaman tarif tambahan yang dijanjikan oleh mantan Presiden AS, Donald Trump, selama kampanye pemilu.

Selain itu, ekonom juga memperingatkan masyarakat AS untuk bersiap menghadapi kenaikan biaya hidup yang mungkin terjadi akibat kebijakan ini.

Kepala Ekonom Asia di S&P Global Ratings, Louis Kuijs, mengumumkan pada hari Minggu bahwa ia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China untuk tahun 2025 dan 2026 menjadi masing-masing 4,1% dan 3,8%. 

Perubahan ini mencerminkan dampak yang semakin besar dari kebijakan perdagangan yang lebih ketat, baik bagi ekonomi China maupun ekonomi global.

"Apa yang kami asumsikan dalam baseline kami adalah kenaikan (tarif) menyeluruh dari sekitar 14% saat ini menjadi 25%. Jadi, apa yang kami asumsikan sedikit lebih tinggi dari 10% pada seluruh impor dari China," tutur Louis.

Topik:

tarif-tambahahan-impor china amerika-serikat donal-trump perang-dangang