Pembangunan Pabrik Metanol Rp19 Triliun di Bojonegoro, Bahlil Pastikan Hanya Libatkan Investor Lokal

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 17 Januari 2025 18:38 WIB
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia (Foto: Ist)
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa proyek pembangunan industri etanol dan metanol senilai US$1,2 miliar (sekitar Rp19,03 triliun) akan digarap sepenuhnya oleh perusahaan dalam negeri. Pabrik besar ini akan didirikan di Bojonegoro, Jawa Timur, sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi biodiesel.

Proyek ini juga sejalan dengan instruksi Presiden Joko Widodo yang mendesak pengembangan campuran biodiesel 50% (B50) dalam minyak solar. Metanol, yang menjadi bahan baku utama dalam pembuatan biodiesel, akan diproduksi di pabrik tersebut.

Sebagai informasi, Metanol merupakan salah satu bahan baku yang digunakan untuk membuat biodiesel. Bahlil mengatakan, pabrik tersebut bisa saja digarap oleh BUMN ataupun swasta dalam negeri. 

"Investornya ada di dalam negeri, Nggak ada asing," ucap Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (17/1/2025). 

Meski demikian, Bahlil belum mengungkapkan perusahaan mana yang akan menggarap pabrik tersebut. Selain itu, dia juga tak mengungkapkan kapan pabrik tersebut segera dibangun. 

Dalam kesempatan berbeda, Bahlil mengungkapkan bahwa pemerintah telah menyiapkan pasokan gas sebanyak 90 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) untuk mendukung pembangunan industri metanol di Bojonegoro.

"Investasinya US$1,2 miliar. Kita harus bangun hilirisasi metanol di Bojonegoro. Kemudian gasnya sudah kami siapkan 90 MMscfd," kata Bahlil dalam acara Rakornas Hilirisasi 2024 di Jakarta, Rabu (11/12/2024). 

Menurutnya, saat ini pemerintah mendorong pengembangan campuran B50. Oleh karena itu, pembangunan industri metanol di Bojonegoro pun menjadi keniscayaan. 

"Sekarang 2025 kita masuk kepada B40. 2026 B50. Nah, tidak akan mungkin ini kita bisa melakukan ini kalau tanpa ada metanol, kita butuh metanol sekitar 2 juta sampai 2,3 juta ton," jelasnya. 

Bahlil juga menjelaskan bahwa pengembangan B50 sejalan dengan visi Prabowo mengenai swasembada energi. Ia menekankan bahwa untuk mencapai target tersebut, pengembangan biodiesel akan dipacu bersamaan dengan peningkatan produksi minyak.

Ia pun mengajak Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM untuk berkolaborasi dalam memastikan kesuksesan pembangunan industri metanol dan etanol di Bojonegoro. 

"Saya ingin sebagai mantan alumni Kementerian Investasi, barang ini kita harus bergandengan untuk menyelesaikan dalam rangka kedaulatan energi nasional," pungkas Bahlil. 

Topik:

menteri-esdm pembangunan-pabrik-etanol biodiesel bahlil-lahadalia