Bank Dunia: Kebijakan Tarif Trump Bisa Hambat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 20 Januari 2025 14:56 WIB
World Bank Group (Foto: Repro)
World Bank Group (Foto: Repro)

Jakarta, MI - Bank Dunia mengingatkan adanya risiko pelemahan ekonomi global dan negara berkembang, termasuk Indonesia, sebagai dampak dari kebijakan tarif yang akan diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump setelah resmi dilantik pada Senin (20/1/2025) waktu setempat.

Berdasarkan laporan Global Economic Prospects (GEP) edisi Januari 2025, Bank Dunia memaparkan hasil simulasi model makroekonomi global untuk mengantisipasi dampak kebijakan tarif tersebut. 

Simulasi tersebut menunjukkan bahwa kenaikan tarif impor AS sebesar 10% pada seluruh mitra dagang pada 2025, tanpa adanya pembalasan tarif dari negara lain, berpotensi memangkas pertumbuhan ekonomi global sebesar 0,2% pada tahun yang sama.

Lebih lanjut, efeknya terhadap negara berkembang akan lebih signifikan. Untuk setiap kenaikan tarif sebesar 10%, pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, diperkirakan melemah sebesar 0,1%. Sebagai salah satu negara yang tergolong dalam emerging markets, Indonesia diproyeksikan akan terdampak jika kebijakan ini benar-benar diberlakukan.

Lain halnya bila ternyata adanya tarif pembalasan yang proporsional oleh mitra dagang, efek negatif pada pertumbuhan global dan EMDE relatif terhadap baseline akan meningkat menjadi sekitar 0,3% dan 0,2%.  

“Dampak-dampak ini dapat semakin meningkat jika peningkatan proteksionisme perdagangan global disertai dengan ketidakpastian kebijakan yang meningkat,” tulis Bank Dunia, dikutip Senin (20/1/2025). 

Secara keseluruhan, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan mencapai 2,7% pada tahun 2025, sedangkan negara-negara EMDE diproyeksikan tetap berada di level 4,1%. Namun, jika dampak kebijakan tarif Presiden Donald Trump benar-benar terjadi, pertumbuhan ekonomi global diprediksi melambat menjadi 2,5%, dan EMDE menjadi 4%.

Bagi Indonesia, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2025 akan mencapai 5,1%, sedikit meningkat dari proyeksi 2024 yang sebesar 5%. Proyeksi ini tetap konsisten dengan laporan Global Economic Prospects (GEP) edisi sebelumnya.

Namun, Bank Dunia juga mengingatkan adanya risiko terhadap prospek ekonomi negara-negara di kawasan Asia Timur Pasifik (East Asia Pacific/EAP), termasuk Indonesia. Risiko tersebut cenderung negatif, terutama dipengaruhi oleh pergeseran kebijakan global yang dapat merugikan kawasan tersebut.

Meningkatnya ketidakpastian mengenai kebijakan perdagangan di seluruh dunia menimbulkan ancaman yang sangat signifikan mengingat pentingnya aktivitas berorientasi ekspor yang terkait dengan rantai nilai global di banyak negara EAP.  

Meningkatnya konflik dan bencana alam terkait perubahan iklim yang lebih sering terjadi menghadirkan risiko penurunan lebih lanjut.  

“Prospek pertumbuhan AS, inflasi global, dan kebijakan moneter masih belum pasti dan tunduk pada risiko naik dan turun, yang perwujudannya dapat meningkatkan atau mengurangi aktivitas EAP,” lanjut Bank Dunia.  

Pemerintah Indonesia tetap optimistis mengenai prospek ekonomi 2025. Salah satunya adalah Bank Indonesia (BI), yang merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2025 dari 5,2% menjadi 5,1%.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menanggapi penurunan tersebut dengan menyatakan bahwa meskipun beberapa lembaga, termasuk BI, telah menyesuaikan proyeksinya, pemerintah tetap percaya diri.

"Memang beberapa [lembaga] termasuk BI juga menurunkan dari 5,2% ke 5,1%. Tetapi pemerintah sih tetap optimistis, ini kan masih bulan Januari," ungkapnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (17/1/2025).

Topik:

bank-dunia ekonomi-global pertumbuhan-ekonomi-indonesia donal-trump pelantikan-donal-trump