Prabowo Perintahkan Deregulasi Ekspor Setelah Rupiah Tertekan

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 26 Maret 2025 21:12 WIB
Prabowo Minta Regulasi Ekspor Dipermudah (Foto: Dok Ist)
Prabowo Minta Regulasi Ekspor Dipermudah (Foto: Dok Ist)

Jakarta, MI - Presiden Prabowo Subianto memberikan arahan kepada pemerintahannya untuk mengantisipasi gejolak nilai tukar rupiah yang melemah drastis terhadap dolar Amerika Serikat (AS). 

Rupiah tercatat jatuh ke angka Rp16.640 per dolar AS pada Selasa, (25/3/2025), sebuah level yang paling buruk sejak krisis ekonomi 1998 dan bahkan lebih buruk dari titik terendah saat pandemi Covid-19 pada Maret 2020.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa salah satu langkah krusial untuk mengatasi fluktuasi ini adalah menjaga stabilitas kinerja ekspor Indonesia. Pemerintah juga berfokus pada upaya deregulasi untuk memperlancar arus perdagangan internasional.

"Deregulasi arahan Bapak Presiden dan perizinan dipermudah sehingga impor ekspor lebih lancar," kata Airlangga di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (26/3/2025).

Selain itu Airlangga menilai fluktuasi nilai tukar rupiah merupakan hal yang biasa. Dia menekankan perlunya melihat fundamental ekonomi RI yang dinilainya kuat. 

"Kemudian juga kita liat nanti secara jangka menengah dan panjang kita punya ekspor juga bagus, kita punya cadangan devisa juga kuat, neraca perdagangan bagus. Jadi dengan demikian fundamental kita bagus," imbuhnya.

Airlangga menyampaikan bahwa kebijakan baru Indonesia terkait dengan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam atau DHE SDA akan membuat Indonesia tidak terpojokkan ke depan lantaran pergerakan nilai tukar rupiah. 

Presiden Prabowo telah resmi mengesahkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 8 Tahun 2025 yang mengatur penempatan DHE Sumber SDA di dalam negeri.

Melalui regulasi ini, pemerintah mewajibkan eksportir untuk menempatkan DHE untuk sektor pertambangan (kecuali minyak dan gas bumi), perkebunan, kehutanan, dan perikanan akan meningkat menjadi 100% dengan jangka waktu 12 bulan sejak penempatan. Aturan ini berlaku mulai 1 Maret 2025. 

"Dengan demikian fundamental daripada Devisa Hasil Ekspor juga akan memperkuat posisi rupiah," jelasnya.

Sebelumnya, data menunjukkan rupiah berada pada level Rp16.611 per dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan, Selasa (25/3/2025). 

Rupiah sempat anjlok ke level Rp16.640 per dolar AS pada pembukaan perdagangan, atau mencapai level terparah sejak 1998. Bahkan, level itu melewati titik tertinggi sebelumnya saat Covid-19 pada 23 Maret 2020. 

Adapun titik tertinggi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada 1998 sempat menyentuh ke level Rp16.800 per dolar AS.

Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa pelemahan rupiah yang terus berlanjut dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap perang dagang yang muncul akibat kebijakan kenaikan tarif yang diterapkan oleh Trump.

"Perang dagang ini bisa memicu penurunan perdagangan global sehingga perekonomian global menurun," ungkapnya, Selasa (25/3/2025).
 
Selain itu, Ariston juga menyoroti ketegangan yang masih tinggi di Timur Tengah, serta konflik antara Ukraina dan Rusia yang belum menemukan titik damai, sebagai faktor tambahan yang memperburuk ketidakstabilan ekonomi global.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa dari dalam negeri, pasar juga sudah pesimis terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini menambah tekanan terhadap rupiah. 

"Pelemahan rupiah yang cepat tentu bisa menurunkan kepercayaan pelaku pasar terhadap rupiah dan juga terhadap kemampuan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," tutupnya.

Topik:

prabowo-subianto rupiah dolar-as rupiah-melemah ekspor