Harga Minyak Terjun Bebas, OPEC+ dan AS-China jadi Biang Kerok?

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 24 April 2025 10:59 WIB
Harga Minyak Mengalami Penurunan pada Perdagangan Kamis (24/4/2025) (Foto: Ist)
Harga Minyak Mengalami Penurunan pada Perdagangan Kamis (24/4/2025) (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Harga minyak global tergelincir tajam pada perdagangan Rabu waktu AS atau Kamis (24/4/2025) waktu Indonesia. Sentimen negatif pasar dipicu oleh kekhawatiran akan potensi lonjakan pasokan dari OPEC+ dan tensi perdagangan antara Amerika Serikat dan China yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

Kontrak berjangka minyak Brent untuk pengiriman Juni mencatat penurunan harian terdalam dalam dua pekan terakhir, anjlok 2,97% dan ditutup di level US$66,16 per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) juga merosot 3,1% ke posisi US$62,26 per barel.

Koreksi harga ini memperpanjang tren negatif sejak awal April, di mana harga Brent telah tergelincir lebih dari 11% dari level tertingginya bulan ini di atas US$74 per barel.

Pelemahan harga minyak terjadi seiring sinyal dari beberapa anggota OPEC+ yang mendorong peningkatan produksi dalam pertemuan mendatang. 

Perselisihan internal mengenai kepatuhan terhadap kuota produksi memicu kekhawatiran bahwa kartel tersebut bisa mengendurkan pengendalian pasokan.

Mengacu pada laporan pasar yang dilansir Reuters, negara-negara seperti Irak dan Uni Emirat Arab menunjukkan sinyal tidak puas dengan pembatasan produksi yang berlaku saat ini, dan berpotensi mendorong pelonggaran kebijakan pada Juni.

"Jika OPEC+ gagal mempertahankan kedisiplinan, pasar akan menghadapi risiko pasokan berlebih di tengah permintaan global yang belum pulih penuh," ujar analis energi dari salah satu lembaga riset berbasis London.

Dari sisi permintaan, pasar turut terbebani oleh meningkatnya ketegangan dagang antara AS dan China. Konflik yang kembali memanas tersebut menimbulkan kekhawatiran akan perlambatan aktivitas ekonomi global, termasuk di sektor energi.

Langkah Washington yang melontarkan kebijakan tarif baru disambut dengan wacana pembalasan dari Beijing. Hal ini memperkeruh prospek pertumbuhan global dan memicu kekhawatiran bahwa konsumsi minyak mentah akan ikut terpangkas.

Saat ini, harga minyak memasuki fase konsolidasi teknikal di tengah kabut ketidakpastian fundamental. Investor akan mencermati lebih lanjut dinamika pasokan OPEC+, data persediaan minyak AS yang akan dirilis malam ini waktu Indonesia, serta arah kebijakan perdagangan global dalam beberapa pekan ke depan.

Topik:

minyak-dunia harga-minyak