Laba TLKM Tersendat, Karyawan jadi Tumbal?

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 18 Juni 2025 11:36 WIB
PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) (Foto: Dok MI)
PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) buka suara soal meningkatnya beban karyawan di tengah kondisi laba yang stagnan. 

VP Investor Relations Telkom, Octavius Oky Prakarsa menegaskan, kenaikan beban tersebut bukan akibat pemborosan, melainkan karena program pensiun dini yang berujung pada efisiensi sehingga diharapkan mampu memperbaiki laba perusahaan.

Sepanjang tahun 2024, beban karyawan Telkom mencapai Rp16,81 triliun, naik 5,5% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp15,93 triliun. Kenaikan ini berlanjut pada kuartal I-2025, meski persentase lebih kecil, yakni naik 0,7% secara tahunan menjadi Rp4,16 triliun.

"Langkah ini diharapkan membawa dampak positif terhadap produktivitas perusahaan,” kata Octavius kepada media, dikutip Rabu (18/6/2025).

Namun, Octavius belum memberikan rincian lebih lanjut mengenai jumlah karyawan yang masuk dalam program pensiun dini dan mulai di level apa program tersebut berjalan.

Yang pasti, lanjut Octavius, penyesuaian jumlah karyawan akan terus menjadi pertimbangan perusahaan sebagai salah satu cara memperbaiki profitabilitas.

“Perusahaan senantiasa mengevaluasi langkah-langkah strategis guna menjaga margin dan profitabilitas bisnis, sekaligus menjamin pemenuhan kewajiban sesuai regulasi,” ujarnya. 

Laba Menurun

Investasi TLKM di GOTO belum sepenuhnya menguntungkan. Sementara, pendapatan dan laba perusahaan cenderung stagnan beberapa waktu terakhir.

Sepanjang 2024, pendapatan TLKM hanya naik tipis 0,5% secara tahunan menjadi Rp149,97 triliun. Bahkan, Laba bersihnya turun 3,7% secara tahunan menjadi Rp23,65 triliun.

Alih-alih menerapkan strategi lain untuk mendongkrak kinerja keuangan, gaji petinggi TLKM justru terus membengkak, yang pada akhirnya menambah beban perusahaan.

"Jika tidak ada terobosan baru untuk tahun 2025 ini, penjualan dan laba 2025 akan sama flat-nya dengan 2024 dan 2023. Bahkan bisa jadi sedikit turun dibandingkan dengan kedua tahun tersebut," kata investor senior Joeliardi Sunendar, dikutip Jumat (13/6/2025).

Manajemen Gemuk

Struktur manajemen TLKM dinilai gemuk dan menjadi sorotan, seiring stagnasi laba perusahaan dan isu investasi di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), Grab, serta Danantara.

TLKM saat ini memiliki sembilan direksi dan delapan komisaris.

Selama kuartal I-2025, remunerasi untuk jajaran direksi dan komisaris mencapai Rp192 miliar. Jika dikalkulasikan secara tahunan, jumlahnya mencapai Rp768 miliar dan akan tercatat sebagai bagian dari beban umum dan administrasi perusahaan.

Angka ini menunjukkan kenaikan sekitar 13% dibandingkan total remunerasi sepanjang 2024 yang tercatat sebesar Rp668 miliar.

Jika gaji dan tunjangan (remunerasi) para petinggi TLKM itu bisa disetahunkan, maka bukan berarti perkiraan pendapatan dan laba TLKM hingga akhir tahun diperlakukan sama.

"Apalagi, sejak dijualnya IndiHome, 80% bisnis TLKM tidak lagi di bawah manajemen TLKM sendiri," jelas Joeliardi.

"Jika GOTO benar-benar diakuisisi Grab, meski belum ada konfirmasi bahwa hal ini bisa terjadi, penjualan ini mungkin bisa membantu bottom-line TLKM yang mandek selama ini."

Target Harga Dipangkas

JP Morgan turut menyoroti tekanan yang dialami Telkom dalam hal profitabilitas. 

Dalam laporan riset yang terdiri dari tim Henry Wibowo dan Ranjan Sharma, JP Morgan memangkas target harga saham TLKM dari sebelumnya Rp4.200 menjadi Rp3.700.

Pemangkasan ini dilakukan karena laba kuartal I/2025 hanya mencapai Rp5,7 triliun atau 21% dari estimasi laba sepanjang tahun. Margin laba bersih TLKM juga tercatat hanya 14%, terendah dalam lima tahun terakhir.

“Hal ini mencerminkan tekanan profitabilitas yang signifikan, terutama dari segmen mobile dan enterprise,” seperti dikutip dari riset tersebut, Jumat (13/6/2025).

Telkomsel sebagai kontributor utama laba usaha TLKM dinilai masih menghadapi pertumbuhan yang lambat. ARPU stagnan, dan kompetisi di segmen seluler masih sangat ketat.

Pada saat yang bersamaan, segmen enterprise juga belum mampu memberikan margin yang sehat dan berkelanjutan.

JP Morgan memproyeksikan untuk tahun 2025, pendapatan TLKM mencapai Rp158,3 triliun dan laba bersih Rp27,2 triliun. Namun, margin laba bersih diperkirakan tetap di kisaran 17%, lebih rendah dari era sebelumnya yang mencapai 18 hingga 20%.

Return on equity (ROE) Telkom juga terus menyusut, dari 16,3% pada 2024 menjadi 15,7% di 2025 dan 15,5% di 2026. Sementara rasio pembayaran dividen TLKM sebesar 60%, diperkirakan menghasilkan dividend yield 4,1% untuk tahun buku 2025. Yield ini cenderung stagnan di kisaran 4,3% pada 2026 dan 4,5% di 2027.

JP Morgan menegaskan rekomendasi Neutral untuk saham TLKM. Menurut analis, kontribusi sektor digital dan data center belum cukup kuat untuk menutup pelemahan dari segmen legacy seperti Telkomsel. 

Topik:

telkom-indonesia tlkm laba-telkom program-pensiun-dini