Ketegangan Iran-Israel Picu Lonjakan Harga Minyak Global

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 18 Juni 2025 13:15 WIB
Harga Minyak Dunia Mengalami Kenaikan di Tengah Perang Iran-Israel (Foto: Ist)
Harga Minyak Dunia Mengalami Kenaikan di Tengah Perang Iran-Israel (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Harga minyak dunia kembali mengalami kenaikan pada Rabu pagi (18/6/2025) waktu Asia, seiring berlanjutnya konflik antara Iran dan Israel.

Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent naik 19 sen AS atau 0,25 persen ke level US$76,64 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turut menguat 23 sen AS atau 0,31 persen menjadi US$75,07 per barel. 

Kenaikan ini melanjutkan reli lebih dari 4 persen yang terjadi pada sesi perdagangan sebelumnya.

Ketegangan di Timur Tengah, khususnya antara Iran dan Israel masih belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Kondisi ini mendorong kekhawatiran akan terganggunya rantai pasok minyak dari kawasan tersebut, mengingat pentingnya posisi Iran dalam peta produksi minyak dunia.

Sebagai informasi Iran merupakan produsen minyak terbesar ketiga di antara negara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Produksi mereka mencapai 3,3 juta barel minyak per hari.

Perang yang masih memanas membuat pasar khawatir terkait potensi terganggunya produksi dan pasokan minyak dari negara tersebut.

Analis memperingatkan bahwa pasar tengah waspada terhadap potensi gangguan di Selat Hormuz. Pasalnya, jalur pelayaran penting itu menjadi jalan sekitar seperlima dari total minyak mentah dunia melalui laut.

Selain dari konflik Iran dan Israel, minyak juga mendapatkan tenaga dari  jalannya hari kedua rapat kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve, yang digelar Rabu waktu setempat.

Diperkirakan, The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 4,25 persen hingga 4,50 persen.

Meski begitu, analis pasar dari IG, Tony Sycamore, memperkirakan bahwa konflik di Timur Tengah dan meningkatnya risiko perlambatan ekonomi global dapat mendorong The Fed untuk lebih cepat menurunkan suku bunga, kemungkinan sebesar 25 basis poin pada Juli, lebih cepat dari ekspektasi pasar sebelumnya di September.

"Situasi di Timur Tengah bisa menjadi katalis bagi The Fed untuk bersikap lebih dovish, seperti yang terjadi pasca serangan Hamas pada 7 Oktober 2023," kata Sycamore.

Penurunan suku bunga biasanya mendorong ekonomi tumbuh lebih cepat dan permintaan minyak meningkat, yang pada akhirnya bisa mengerek harga.

Topik:

minyak-global harga-minyak