Harga Minyak Melemah Dihantam Sentimen Tarif Dagang AS


Jakarta, MI - Harga minyak global terkoreksi pada perdagangan Kamis (10/7/2025) setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali meluncurkan gelombang baru kebijakan proteksionis terhadap sejumlah mitra dagangnya, termasuk Indonesia dan Brasil.
Mengutip data Reuters, harga minyak mentah Brent turun 22 sen atau 0,31 persen ke level US$69,97 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 27 sen atau 0,39 persen menjadi US$68,11 per barel.
Pelemahan harga minyak terjadi seiring kekhawatiran pasar terhadap potensi perlambatan ekonomi global akibat ketegangan dagang yang kembali memanas. Trump diketahui tetap bersikeras memberlakukan tarif impor tinggi, meski berbagai negara telah mengajukan negosiasi.
Indonesia salah satu negara yang terdampak, dengan tarif 32 persen tetap diberlakukan oleh Trump. Brasil pun tak luput dari kebijakan yang sama, menambah daftar panjang negara yang menjadi target serangan tarif terbaru AS.
Pada Rabu (9/7/2025), Trump mengancam Brasil dengan tarif 50 persen atas ekspor ke AS, menyusul ketegangan publik dengan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva.
Sebelumnya, Trump juga mengumumkan rencana pemberlakuan tarif pada tembaga, semikonduktor, dan produk farmasi, serta mengirim surat tarif ke Filipina, Irak, dan negara lainnya, setelah sebelumnya melakukan hal serupa kepada Korea Selatan, Jepang, dan mitra dagang lainnya.
Kebijakan proteksionis ini menimbulkan kekhawatiran pasar atas bakal melemahnya prospek permintaan minyak.
Selain sentimen negatif dari kebijakan perdagangan tersebut, minyak juga mendapatkan beban dari data dari Badan Informasi Energi AS (EIA) yang menunjukkan persediaan minyak mentah di AS naik.
Namun, tekanan itu terbendung oleh laporan JP Morgan bahwa rata-rata penerbangan global harian pada delapan hari pertama Juli mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, dengan aktivitas penerbangan di China menyentuh puncak lima bulan.
Aktivitas di sektor pelabuhan dan kargo turut mencerminkan tren ekspansi perdagangan yang berlanjut dibandingkan tahun sebelumnya.
"Sejak awal tahun, pertumbuhan permintaan minyak global rata-rata mencapai 0,97 juta barel per hari, sesuai dengan proyeksi kami sebesar 1 juta barel per hari," tulis JP Morgan dalam catatan untuk klien.
Kenaikan permintaan tersebut turut meredam tekanan penurunan harga minyak imbas kekhawatiran pasar atas kebijakan dagang Trump.
Topik:
minyak harga-minyak-dunia amerika-serikat donald-trump