Kredit Perbankan Melambat di Oktober, UMKM Kena Imbas Sikap Hati-Hati Bank
Jakarta, MI - Pertumbuhan kredit perbankan melambat pada Oktober 2025. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), kredit hanya tumbuh 7,36 persen secara tahunan, melemah dibandingkan periode sebelumnya.
Para analis menilai perlambatan ini dipicu oleh meningkatnya kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan kredit, khususnya ke sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Ekonom Maybank Investment Banking Group, Brian Lee Shun Rong, bahkan mencatat kredit UMKM mulai masuk zona kontraksi. Pada Oktober, kredit UMKM tercatat turun 0,1 persen secara tahunan, berbalik arah setelah hanya mampu tumbuh tipis 0,2 persen pada September.
Brian mencatat bahwa dalam laporan BI, perbankan masih memandang UMKM sebagai segmen berisiko tinggi karena keterbatasan agunan, pencatatan keuangan yang tidak lengkap, dan arus kas yang fluktuatif.
"Bank-bank masih berhati-hati dalam memberikan pinjaman kepada segmen UMKM, dan pembiayaan konsumen di tengah risiko kredit," ujar Brian Lee dalam riset, dikutip Jumat (21/11/2025).
Dalam riset tersebut dijelaskan bahwa sikap kehati-hatian tersebut membuat penyerapan kredit konsumer dan UMKM berjalan lambat, meskipun likuiditas perbankan terbantu oleh kebijakan BI.
Sebaliknya, penyaluran kredit masih terkonsentrasi pada korporasi yang dinilai memiliki risiko lebih rendah. Ia mencatat pertumbuhan kredit Oktober menjadi yang terendah dalam tiga bulan terakhir, turun dari 7,7 persen pada September.
Brian menilai, perlambatan ini terjadi di tengah lemahnya permintaan kredit, optimalisasi pembiayaan internal korporasi, dan tingkat suku bunga yang dinilai masih relatif tinggi.
Di sisi lain, pemangkasan suku bunga acuan sejak tahun lalu belum sepenuhnya tercermin pada suku bunga kredit. Rata-rata bunga kredit baru turun ke kisaran 9 persen pada Oktober, sedangkan suku bunga deposito tenor satu bulan turun ke 4,25 persen.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa perlambatan penyaluran kredit dipengaruhi oleh sikap pelaku usaha yang masih menahan ekspansi (wait and see), optimalisasi pembiayaan internal oleh korporasi, dan suku bunga kredit yang masih relatif tinggi.
"Pertumbuhan kredit perbankan perlu terus ditingkatkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi," kata Perry Warjiyo.
Sementara itu, fasilitas kredit yang belum dicairkan (undisbursed loan) pada Oktober 2025 masih cukup besar, yaitu mencapai Rp2.450,7 triliun atau 22,97 persen dari plafon kredit yang tersedia.
Topik:
bank-indonesia perbankan kredit umkm