Ekonomi Ukraina Menyusut 45% dan Rusia akan Resesi Akibat Perang

Surya Feri
Surya Feri
Diperbarui 11 April 2022 10:53 WIB
Jakarta, MI - Bank Dunia memperkirakan ekonomi Ukraina akan menyusut 45% tahun ini sebagai akibat dari perang. Lembaga keuangan itu juga memperkirakan bahwa akan ada kerusakan ekonomi yang lebih besar akibat pandemi Covid-19 di seluruh Eropa Timur dan Asia Tengah. Sedangkan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya telah menyebabkan resesi yang tajam di Rusia. Perang telah menyebabkan sebagian besar tenaga kerja Ukraina terpaksa mengungsi atau melawan. Sedangkan dengan ditutupnya kegiatan bisnis, penutupan jalan, pabrik, dan kehancuran infrastruktur lainnya telah menyebabkan kemajuan selama bertahun-tahun menjadi hilang, menurut Bank Dunia. Ukraina adalah sumber utama tanaman seperti bunga matahari dan gandum. Akan tetapi dengan terhentinya ekspor, harga pangan global telah meningkat dan Ukraina kehilangan sumber pendapatan yang penting. Sanksi terhadap Rusia, menurut Bank Dunia, akan membuat ekonominya menyusut lebih dari 11% tahun ini sebagaimana dikutip BBC.com, Senin (11/4). Sebelumnya Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi ekonomi Ukraina yang dilanda perang akan menyusut hingga 35% tahun ini jika invasi Rusia menjadi konflik yang berkepanjangan. Dalam penilaian awal, IMF mengatakan hilangnya nyawa, kerusakan infrastruktur kritis, gangguan perdagangan dan arus keluar pengungsi akan menyebabkan produk domestik bruto turun minimal 10% pada tahun 2021. Namun, lembaga itu menekankan bahwa pengalaman negara-negara lain yang terkena dampak perang baru-baru ini, seperti Irak dan Suriah, menunjukkan bahwa dampaknya bisa jauh lebih parah. IMF juga mengatakan perang, yang telah menyebabkan kenaikan tajam harga energi akan menyebabkan kerusakan yang "menghancurkan" pada ekonomi global. “Sementara ketegangan geopolitik dengan Rusia telah membatasi akses Ukraina ke pasar, eskalasi invasi ke Ukraina oleh Rusia dan perang besar-besaran pada 24 Februari telah mengubah ekonomi Ukraina secara dramatis,” menurut sebuah laporan yang disiapkan oleh staf IMF.  

Topik:

Rusia Ukraina