Kunjungi Kyiv, para Pemimpin Polandia dan Negara-Negara Baltik Kutuk Rusia

Surya Feri
Surya Feri
Diperbarui 14 April 2022 08:37 WIB
Jakarta, MI - Presiden Polandia, Lithuania, Latvia dan Estonia bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelensky di Kyiv pada Rabu (13/4) dan menyerukan peningkatan dukungan militer untuk Ukraina dan Rusia agar bertanggung jawab atas tindakan pasukannya di lapangan. Politisi Eropa telah berbondong-bondong dengan kereta api ke ibukota Ukraina sejak pasukan Rusia menarik diri dari Utara negara itu dalam menghadapi perlawanan kuat Ukraina awal bulan ini. Sebelum bertemu Zelensky, keempat presiden mengunjungi daerah-daerah di wilayah Kyiv di mana ratusan warga sipil yang terbunuh telah ditemukan setelah penarikan Moskow telah membantah bertanggung jawab dan menolak tuduhan bahwa pasukannya melakukan kejahatan perang di sana sebagai berita palsu. "Ini bukan perang, ini terorisme," kata Presiden Polandia Andrzej Duda pada konferensi pers di Kyiv, diapit oleh Zelensky dan presiden negara-negara Baltik. "Kami tidak hanya berbicara tentang tentara yang melakukan kejahatan itu, tetapi mereka yang mengeluarkan perintah semuanya harus diadili," katanya. Rusia membantah bahwa pasukannya menargetkan warga sipil dan mengatakan tuduhan Ukraina dan Barat tentang kejahatan perang dibuat-buat. Keinginan agar Rusia dimintai pertanggungjawaban digaungkan oleh presiden-presiden lain yang berkunjung, yang juga mengatakan mereka berencana untuk mendorong komunitas internasional untuk meningkatkan dukungan militer bagi Ukraina saat negara itu bersiap untuk serangan intensif oleh Rusia di Timur. "Adalah tugas kami untuk membantu Ukraina dengan segala jenis senjata," kata Presiden Latvia Egils Levits. Rekannya dari Lituania Gitanas Nauseda berkata, "Masa depan Ukraina akan ditentukan di medan perang. Ukraina harus menang." Kunjungan empat presiden itu terjadi sehari setelah Presiden AS Joe Biden mengatakan invasi Moskow ke Ukraina sama dengan genosida, sementara Presiden Rusia Vladimir Putin berjanji Moskow akan "secara berirama dan tenang" melanjutkan operasinya dan mencapai tujuannya. Putin mengirim pasukannya ke Ukraina pada 24 Februari dalam apa yang disebutnya "operasi militer khusus" untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" negara itu. Ukraina dan sekutunya mengatakan Putin melancarkan perang agresi yang tidak beralasan. "Presiden Putin harus kalah dalam perang ini atau tidak akan ada perdamaian di Eropa," kata Presiden Estonia Alar Karis. Kanselir Jerman Olaf Scholz telah menyatakan "kejengkelan" setelah Presiden negara itu Frank-Walter Steinmeier membatalkan kunjungan ke Kyiv pada waktu yang sama. Dia mengatakan itu dimaksudkan "untuk mengirim sinyal kuat solidaritas Eropa dengan Ukraina". Scholz mengatakan Kyiv tidak ingin Steinmeier berkunjung. Tetapi pada konferensi pers hari Rabu, Zelensky mengatakan dia belum secara resmi didekati oleh Steinmeier atau kantornya mengenai kunjungan. Berbicara tentang pengunjungnya di Kyiv, Zelensky mengatakan dia bersyukur mereka telah berdiri "bahu bahu-membahu dengan Ukraina." "Empat pemimpin dari empat negara itu selalu melindungi kita, selalu membela kita," katanya.