Meski Terkepung di Mariupol, Ukraina Lawan Ultimatum Rusia

Surya Feri
Surya Feri
Diperbarui 18 April 2022 11:57 WIB
Jakarta, MI - Pasukan Ukraina yang terkepung di Mariupol menolak ultimatum Rusia untuk menyerah dan terus melakukn perlawanan di kota pelabuhan tenggara tersebut, menurut pejabat tinggi Ukraina kemarin. Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal mengatakan bahwa kota yang telah dikepung oleh pasukan Rusia sejak 1 Maret itu belum jatuh. Pasukannya yang terperangkap di kota tersebut bertahan melawan serangan Rusia meskipun ada tekanan yang luar biasa. Hanya saja mereka terbatas pada kantong-kantong perlawanan dan jumlah mereka tidak jelas. "Masih ada pasukan militer kami, tentara kami, sehingga mereka akan berjuang sampai akhir dan untuk saat ini mereka masih di Mariupol," kata Shmyhal seperti dikutip CNN.com, Senin (18/4). Seorang penasihat walikota Mariupol juga menolak ultimatum Rusia sebelumnya. Petro Andriushchenko mengatakan di Telegram "mulai hari ini, para pejuang kami terus mempertahankan negara kami." Sementara itu, seorang warga menyatakan melihat gedung apartemen yang rusak di dekat pabrik metalurgi Illich di Mariupol. Pemandangan udara yang diambil pada 12 April 2022 menunjukkan kota Mariupol seperti kota mati dan diperkirakan sebanyak hingga 22.000 orang tewas. Penolakan atas ultimatum itu muncul setelah Kementerian Pertahanan Rusia meminta tentara Ukraina yang masih berada di Mariupol untuk menyerah pada pukul 1 siang waktu setempat kemarin. Rusia memperingatkan siapa pun yang masih menolak setelah batas waktu "akan dihabisi." Kementerian itu kemudian mengkonfirmasi bahwa ultimatum telah diabaikan. Dalam sebuah pernyataan, kementerian Rusia mengatakan tentara Ukraina yang dikepung "ditawari untuk secara sukarela meletakkan senjata dan menyerah untuk menyelamatkan nyawa mereka." "Namun, rezim nasionalis Kiev, menurut penyadapan radio, melarang negosiasi tentang penyerahan diri," menurut klaim kementerian itu. Rusia juga menegaskan bahwa menurut tentara Ukraina yang sebelumnya menyerah, "ada hingga 400 tentara bayaran asing yang bergabung dengan pasukan Ukraina" yang terjebak di pabrik, termasuk dari Eropa dan Kanada. Jika terjadi perlawanan lebih lanjut, semuanya akan dihabisi, katanya. Shmyhal mengatakan meskipun serangan Rusia tanpa henti, namun "tidak ada satu kota besar di Ukraina yang jatuh." "Hanya Kherson yang berada di bawah kendali pasukan militer Rusia, tetapi semua kota lainnya berada di bawah kendali Ukraina," katanya, seraya menambahkan beberapa kota di daerah sekitarnya "terkepung tetapi masih di bawah kendali Ukraina." Dia mengatakan lebih dari 900 kota, kota kecil dan desa Ukraina telah dibebaskan dari pendudukan Rusia sejak Moskow mengambil alih setelah invasi dimulai pada akhir Februari. "Kami masih berjuang, dan kami memiliki pertempuran di wilayah Donbas sekarang, tetapi kami tidak memiliki niat untuk menyerah," kata Shmyhal.