Iran Tahan Mantan Pemain Piala Dunia Karena Dituduh Membela Etnis Kurdi

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 25 November 2022 05:23 WIB
Jakarta, MI - Aparat keamanan Iran kemarin menangkap salah satu pemain sepak bola paling terkenal di negara itu, Voria Ghafouri dan menuduhnya telah menyebarkan propaganda melawan Republik Islam itu selain berusaha merusak tim nasional Piala Dunia. Voria Ghafouri, mantan anggota tim sepak bola nasional dan pernah menjadi kapten klub Teheran Esteghlal, secara blak-blakan membela Kurdi Iran. Pemain Piala Dunia 2018 itu meminta kepada pemerintah di media sosial untuk berhenti membunuh orang Kurdi. Dia sebelumnya ditahan karena mengkritik mantan menteri luar negeri Iran Javad Zarif. Tim Iran juga terlibat dalam kontroversi setelah menolak untuk menyanyikan lagu kebangsaan sebelum pertandingan melawan Inggris dimulai seperti dikutip TheGuardian.com, Jumat (25/11). Penangkapan Ghafouri kemungkinan merupakan peringatan kepada para pemain lainnya untuk tidak mengulangi aksi protes mereka. Dia ditahan setelah sesi latihan dengan klubnya, Foolad Khuzestan, dengan tuduhan "menodai reputasi tim nasional dan menyebarkan propaganda melawan negara", menurut kantor berita Fars. Kantor berita lainnya menyatakan dia dituduh telah "menghina dan berniat menghancurkan tim sepak bola nasional dan berbicara menentang rezim". Para menteri kabinet Iran dalam beberapa hari terakhir menuduh Ghafouri sebagai separatis Kurdi, tetapi dia menjawab bahwa dia akan memberikan hidupnya untuk Iran. Awal tahun ini, pemimpin tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei mengatakan: "Beberapa orang, yang mendapat manfaat dari perdamaian dan keamanan negara, menikmati pekerjaan dan olahraga favorit mereka, telah berkhianat kepada yang memberi makan mereka," ujarnya merujuk pada Ghafouri . Pesepakbola berusia 35 tahun itu adalah anggota skuat Iran untuk Piala Dunia 2018, tetapi secara mengejutkan dicoret dari susunan final Piala Dunia tahun ini di Qatar. Berasal dari kota Sanandaj yang berpenduduk Kurdi di Iran barat, Ghafouri telah memposting foto di Instagram dirinya dalam pakaian tradisional Kurdi di pegunungan Kurdistan. Sanandaj mengalami beberapa penumpasan paling keras akibat aksi protes yang mengikuti kematian dalam tahanan Mahsa Amini. Amini merupakan seorang Kurdi Iran berusia 22 tahun dan Ghafouri telah mengunjungi beberapa dari mereka yang terluka dalam protes di Mahabad. Pada 2019, dia membagikan kaus biru untuk menghormati Sahar Khodayari, seorang wanita yang membakar diri setelah dijatuhi hukuman penjara karena mencoba menonton pertandingan Esteghlal di stadion Azadi. Setelah insiden kekerasan lainnya terhadap penggemar sepak bola wanita pada tahun 2021, Ghafouri menulis di Instagram: “Sebagai pemain sepak bola, saya memang dipermalukan saat bermain di era ketika ibu dan saudara perempuan kami dilarang memasuki stadion. Banyak penggemar menyarankan karirnya di Esteghlal dihentikan pada bulan Juni sebagai hukuman karena pernyataannya. Yang lain berpendapat bahwa di usia pertengahan 30-an, Ghafouri terlalu tua untuk pemain papan atas Iran. Dia baru-baru ini dia men-tweet: “Berhentilah membunuh orang Kurdi!!! Kurdi adalah Iran sendiri… Membunuh Kurdi sama dengan membunuh Iran. Jika Anda acuh tak acuh terhadap pembunuhan orang, Anda bukan orang Iran dan Anda bahkan bukan manusia… Semua suku berasal dari Iran. Jangan bunuh orang!!!”