Menjelang Pertandingan Melawan AS, Iran Bebaskan Dua Mantan Pemain Internasionalnya

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 30 November 2022 09:25 WIB
Jakarta, MI - Iran akhirnya membebaskan dua mantan anggota tim sepak bola internasionalnya yang ditangkap atas tuduhan terkait protes di seluruh negeri beberapa jam sebelum skuad nasional ditetapkan untuk melawan kesebelasan AS di Piala Dunia. Bek kanan Voria Ghafouri ditahan pekan lalu setelah dituduh menodai "reputasi tim nasional dan menyebarkan propaganda melawan negara". Sedangkan pensiunan penjaga gawang Parviz Boroumand ditangkap hampir dua minggu lalu atas tuduhan berpartisipasi dalam aksi unjuk rasa di ibu kota, Teheran. Keduanya dibebaskan oleh pengadilan dengan jaminan, menurut media yang terkait dengan negara, melalui sebuah konsesi langka sebagai upaya untuk meredakan kemarahan yang semakin dalam di seluruh negeri dan internasional. Ratusan tahanan lainnya dibebaskan dalam beberapa hari terakhir, menurut media pemerintah tanpa menyebutkan alasan di balik tindakan tersebut. Para pemain Iran mengakhiri protes diam-diam di Piala Dunia di tengah ancaman pembalasan pada Ghafouri, yang pernah menjadi kapten klub Teheran Esteghlal. Dia secara blak-blakan membela etnis Kurdi Iran dan menuntut pemerintah menghentikan serangannya di daerah Kurdi ketika banyak aksi unjuk rasa dilakukan. Dia menjadi pengkritik yang blak-blakan terhadap otoritas Iran sepanjang karirnya, termasuk mengatakan dia "dipermalukan" karena wanita dilarang menonton pertandingan olahraga. Ketika Iran mengumumkan tim Piala Dunia Qatar, ada kejutan bahwa pesepakbola berbakat berusia 35 tahun itu, yang merupakan anggota skuad Piala Dunia 2018 Iran, tidak masuk. Beberapa spekulasi menyebutkan namanya dicoret karena pandangan politiknya. Baru-baru ini, Ghafouri menyatakan simpati untuk keluarga Mahsa Amini, wanita berusia 22 tahun yang kematiannya dalam tahanan polisi Iran memicu protes terbaru yang kini memasuki bulan ketiga. Sementara itu, tiga orang menunjukkan dukungan mereka untuk pemberontakan rakyat Iran di luar stadion Khalifa Doha pada hari Senin. "Kami semua mendukung Mahsa: Rakyat Iran di Doha pendukung Piala Dunia menyuarakan kemarahan pada rezim di Iran," ujar mereka. Menghadapi salah satu tantangan paling berani terhadap pemerintahan teokratis garis kerasnya sejak revolusi 1979, Teheran telah berulang kali menyalahkan musuh asing atas kerusuhan tersebut dan menuduh "para teroris" telah membunuh beberapa anggota pasukan keamanan. Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) menyatakan lebih dari 300 orang tewas sejauh ini dalam penumpasan aksi protes di Iran, termasuk lebih dari 40 anak-anak.