Usai Dimakzulkan, Mantan Presiden Peru Pedro Castillo Ditahan

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 9 Desember 2022 05:27 WIB
Jakarta, MI - Presiden Peru yang digulingkan, Pedro Castillo muncul di pengadilan untuk menghadapi tuduhan pemberontakan dan konspirasi. Sementara itu penggantinya, Dina Boluarte berjanji akan membawa Peru ke arah baru dan menyerukan gencatan senjata setelah berbulan-bulan kekacauan politik. Presiden Peru dicopot dari jabatannya dan didakwa dengan 'pemberontakan' setelah dugaan upaya kudeta. Castillo tampak muram selama sidang kemarin dengan memberikan jawaban sederhana "ya" atau "tidak", sementara pengacaranya berpendapat bahwa dia telah ditahan secara sewenang-wenang dan dipaksa turun dari kursi kepresidenan Peru dengan tuduhan yang dibuat-buat. Pengadilan diperkirakan akan memutuskan apakah Castillo akan ditahan dalam penahanan awal karena dia menghadapi tuduhan "melanggar tatanan konstitusional" setelah usahanya yang gagal pada hari Rabu untuk menutup Kongres dan memerintah melalui dekrit hingga pemilihan baru. Kejatuhan Castillo yang drastis dari kekuasaan terjadi hanya beberapa jam kemudian ketika anggota parlemen menuduhnya melakukan kudeta dan memilih untuk mencopotnya dalam pemungutan suara pemakzulan. Langkah itu menggagalkan upaya terakhirnya untuk mempertahankan kekuasaan  seperti dikutip TheGuardian.com, Jumat (9/12). Turunnya Castillo merupakan episode terbaru dalam krisis politik yang bergulir di Peru. Negara di pegunungan Andes itu sekarang memiliki presiden keenam dalam enam tahun. Dua presiden sebelumnya dipaksa mundur oleh Kongres sejak 2018. Castillo, 53, yang menang tipis dalam pemilu pada Juni 2021 dengan hanya 44.000 suara, adalah korban terbaru. Meskipun upayanya untuk membubarkan Kongres dikutuk oleh AS dan Organisasi Negara-negara Amerika, namun Presiden Bolivia, Luis Arce mendefinisikan pemecatan Castillo sebagai gejala "pelecehan terus-menerus oleh elit anti-demokrasi terhadap pemerintah progresif". “Sejak awal, sayap kanan Peru mencoba menggulingkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis oleh rakyat, oleh kelas rendah yang mencari lebih banyak keadilan sosial,” cuit Arce pada hari Rabu. Sementara itu, presiden Meksiko, Andrés Manuel López Obrador, yang belum mengakui Boluarte sebagai presiden Peru, mengatakan bahwa "konfrontasi dan permusuhan" telah membuat Castillo mengambil keputusan yang pada akhirnya menguntungkan lawan-lawannya setelah dia dicopot dari jabatannya. Duta Besar Meksiko di Peru, Pablo Monroy mengunjungi Castillo pada hari Kamis di markas polisi tempat dia ditahan di pinggiran kota Lima. Sementara itu, Boluarte, seorang pengacara kiri berusia 60 tahun yang lahir di pedesaan Andes, mengundang pemimpin sayap kiri Meksiko untuk mengunjungi Lima dan mengadakan pertemuan virtual dalam pertemuan pertamanya dengan media pada Kamis. Dia berjanji untuk memerintah sampai akhir masa jabatan pada tahun 2026 dan secara diplomatis mengesampingkan memajukan pemilihan umum dengan mengatakan langkah itu adalah opsi yang "terhormat secara demokratis". Pada Rabu malam, pendukung Castillo bentrok dengan polisi anti huru hara yang menggunakan gas air mata untuk membubarkan mereka. Sementara warga lainnya bergembira atas pencopotan presiden yang menghadapi enam penyelidikan atas dugaan korupsi tersebut.