Oknum Paspampres Rampas Nyawa Pemuda Aceh, Kriminolog UI: Warning Pengamanan Presiden!

Rizky Amin
Rizky Amin
Diperbarui 29 Agustus 2023 09:46 WIB
Jakarta, MI - Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Kurnia Zakaria, menilai kasus perampasan nyawa pemuda Aceh, Imam Masykur, oleh oknum Paspampres berinisial Praka RM merupakan warning terhadap pengaman presiden. Kurnia merasa heran dengan oknum Paspampres itu yang seharusnya sudah biasa pada menjaga keselamatan seorang presiden justru sebagai pembunuh. Maka proses rekrutmen anggota TNI, tegas dia, harus menjadi perhatian semua pihak. " Tentunya ini menjadi warning dalam pengamanan orang nomor satu di Indonesia itu. Kok bisa ya seorang pengamanan presiden bunuh orang gitu. Maka kedepannya, seharusnya penerimaan anggota militer lebih diperketat, terutama dalam hal psikologinya harus benar-benar dites hingga matang," ujar Kurnia sata berbincang dengan Monitorindonesia.com, Selasa (29/8). Kurnia menegaskan bahwa Paspampres sebagai pasukan elit TNI nomor 1 di Indonesia diatas Kopassus (TNI AD), Denjaka (TNI AL), dan Paskhas (TNI AU) ditinjau lagi tentang Rekruitment, pola pelatihan dan pembinaan rohaninya jangan sampai disiplin saat bertugas, bebas tugas saat tidak berdinas. "Sikap Setia Waspada bukan saja pada Presiden dan Wakil Presiden juga tamu Negara, tapi juga humanis kepada masyarakat. Selama ini saya melihat Paspampres harus bersikap sebagai Tentara Humanis walaupun Waspada," beber Kurnia. Seperti diwartakan, tiga orang anggota TNI menjadi tersangka kasus penculikan hingga menewaskan pemuda asal Kabupaten Bireuen, Aceh, Imam Masykur, 25. Ketiga anggota TNI itu melakukan aksi kejahatan dengan motif ekonomi. "(Motif) uang tebusan," kata Danpomdam Jaya Kolonel Cpm Irsyad Hamdie Bey Anwar saat dikonfirmasi, Senin (28/8). Irsyad memastikan ketiga tersangka dengan korban tidak ada permasalahan lain. Sebab, mereka tidak saling mengenal. Ketiga tersangka telah ditahan di Pomdam Jaya Guntur, Setiabudi, Jakarta Selatan. Irsyad tidak membeberkan identitas ketiga tersangka anggota TNI itu. Namun, dia menyebut satu di antaranya merupakan Praka RM, anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). "TNI semua ketiganya, satu yang dari Paspampres, yang lain bukan," ungkap Irsyad. Jasad Imam ditemukan di sungai Cibogo, Karawang, Jawa Barat pada Jumat, 18 Agustus 2023. Pemuda asal Aceh tersebut diduga dibuang usai diculik dan dianiaya hingga tewas oleh anggota Paspampres berinisial Praka RM. Penganiayaan ini terekam video dan diunggah di media sosial. Terdengar nada suara gemetar, tertekan disertai ketakutan sambil menangis dari rekaman video singkat penyiksaan yang dilakukan oknum TNI terhadap pemuda Aceh tersebut. "Dek kirem peng limong ploh juta peugah bak mak beuh, Abang ka ipoeh nyoe (Dek kirim uang lima puluh juta bilang sama mamak ya, Abang uda dipukul ni)" kata Imam Masykur dengan menggunakan Bahasa Aceh, dalam video yang beredar di media sosial. Kata-kata dalam rekaman video tersebut seolah menggambarkan rasa sakit dan ketakutan Imam Masykur, saat mendapat perlakuan sadis yang dilakukan oleh oknum TNI terhadap pemuda Aceh itu. Dalam video viral penyiksaan tersebut, tampak seseorang merekam dari arah belakang pria yang terduduk dengan kondisi punggung lebam dan berdarah-darah. Diduga pria yang dalam kondisi punggung terluka itu disekap oknum TNI. Kemudian, Imam Masykur yang sempat menghubungi seseorang yang merupakan adiknya, meminta agar menyampaikan pesan kepada ibunya agar segera mengirimkan uang senilai Rp50 juta, agar tidak lagi disiksa, jika terlambat mengirimkan uang maka dia akan dibunuh. Nahas, Imam Masykur tewas disiksa oknum anggota TNI karena syarat uang yang diminta Rp50 juta belum dikirim keluarga korban. Informasi yang diterima, korban merupakan keluarga yang tidak mampu. Saat itu keluarganya sudah mengupayakan uang senilai Rp13 juta agar Imam tidak lagi disiksa. Namun, karena para oknum itu meminta uang secepatnya dan keluarga tidak mampu mengirimkan sisanya, akhirnya nyawa Imam melayang di tangan oknum TNI tersebut. Imam Masykur adalah seorang pemuda asal Desa Mon Kelayu, Gandapura, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh. Dia baru 1 tahun lebih mengadu nasib ke ibu kota untuk mengais rezeki dengan berjualan kosmetik. Selama di ibu kota, Imam tinggal di Ciputat, Tangerang Selatan. (AN)