Diplomat Kemlu Diduga Bunuh Diri, Kriminolog Beber Hal Ini


Jakarta, MI - Diplomat Muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu) yang ditemukan tewas dengan kepala terlakban, Arya Daru Pangayunan (ADP) diduga karena bunuh diri.
"Dugaan saya bunuh diri karena korban depression dan mungkin punya dilema hidup antara karir dan keluarga," kata kriminolog dari Universitas Bung Karno (UBK), Kurnia Zakaria, begitu disapa Monitorindonesia.com, Sabtu (12/7/2025).
Menurut Kurnia, mati dengan melakban kepala sendiri adalah teknik bunuh diri agar tidak merasa tersiksa ketika kehabisan nafas dan seperti meniggalnya seperti saat tidur.
"Masalah cara bunuh diri yang kontroversial ini adalah menghilangkan rasa bersalah pada keluarga, agar keluarga nya tidak malu korban bunuh diri. Juga agar template bekerjanya members atensi dan protes atas mutasi kerjanya," ungkapnya.
"Jadi dalam keadaan kesendirian dan ketidakinginan keluarga tahu masalah kerjaan dan kesehatan korban. Mungkin juga merasa pengabdian di temp at kerjanya tidak dihargai," sambungnya.
Bila korban dibunuh keadaan kamar rapi terkunci dari dalam dan ada komunikasi via HP kepada temannya saat malam sebelum kematiannya. Malah korban pada malam hari sempat membuang sesuatu keluar. "Visum et repertum korban mati karena kehabisan nafas, tidak ada bukti kekerasan maupun luka dalam. Korban supel di kantor tapi pendiam di depan keluarga," pungkasnya.
Guru Besar Kriminologi FISIP Universitas Indonesia (UI) Adrianus Meliala, juga sependapat bahwa Arya diduga bunuh diri. Sebab, biasanya orang yang hendak bunuh diri, memilih mengakhiri nyawanya dengan cara yang sangat mematikan.
"Ada metode bunuh diri yang cepat 'macho' yang sering diambil para pria dan ada yang tidak," kata Adrianus.
Menurut dia, Arya diduga kuat bunuh diri. Bunuh diri ini, kata Adrianus dilakukan dengan cara yang cukup unik. Ia pun memaparkan kemungkinan cara bunuh diri yang dilakukan Arya. "Bahwa upaya untuk mengurangi jalan masuk oksigen itu, itu disertai dengan penggunaan obat itu yang saya duga tuh, obat tidur," jelasnya.
Obat tidur tadi, lanjut Adrianus membuat Arya terlelap. Sehingga, tanpa sadar karena telah tertidur, ia tak lagi bisa menghirup oksigen, lantaran sebelumnya telah memasang lakban di kepala dan sekitar saluran pernapasan.
Menurut Adrianus, cara ini lebih 'halus'. Lalu yang bersangkutan tidur, dan sambil tidur dia tidak lagi bisa mengambil napas karena sudah tertutup oleh lakban dan kemudian meninggal tanpa dia sadar. Jadi lebih tenang ya dari sisi kematiannya. Mungkin begitu," imbuh Adrianus.
Lantas apakah pembunuhan ini dilakukan dengan sangat profesional, tingkat tinggi, karena tak meninggalkan jejak sama sekali? menurutnya hal itu bisa saja terjadi. Tapi, dugaan itu apabila tak didukung data yang ada, hanyalah menjadi asumsi liar.
"Mungkin saja (dibunuh oleh pembunuh yang tak tinggalkan jejak), tapi saya dalam hal ini mencoba untuk tidak liar ya. Mencoba untuk memakai gaya berpikir reserse konvensional saja," jelas Adrianus.
"Kalau ada datanya saya akan berubah pandangan saya (bahwa Arya diduga bunuh diri). Selama belum ada datanya, nggak lah. Apalagi, data di lapangan yang didapat sejauh ini menunjukkan tak ada orang lain selain korban. Ini diketahui dari kamar kos yang hanya bisa dibuka oleh korban, tak ada tanda-tanda perlawanan dan lain sebagainya," pungkasnya.
Sebelumnya, warga kawasan Menteng, Jakarta Pusat dikejutkan penemuan sesosok mayat pria di sebuah rumah kos di Jalan Gondangdia Kecil, pada Selasa pagi, 8 Juli 2025. Yang mengerikan, kepala korban ditemukan dalam kondisi terbungkus lakban.
Kasus kematian ADP hingga saat ini masih menyisakan banyak tanya. Korban ditemukan tewas dengan kepala dan wajah terlilit lakban di dalam kamar kosnya yang berada di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat. Kini perhatian publik tertuju pada lokasi penginapan yang disebut-sebut sepi.
Lokasi kos tempat ADP tinggal terbilang senyap dan tidak ramai penghuni, meskipun berada di jantung ibu kota. Lingkungan sekitar kos juga didominasi penghuni keluarga, bukan tempat indekos yang padat atau ramai aktivitas harian.
Area kos saat ini telah disterilkan dan ditutup dengan garis polisi. Media hanya dapat memantau dari luar, tepatnya di area parkiran dan gerbang masuk.
Berdasarkan penelusuran, hanya terdapat tiga kamera pengawas (CCTV) di lokasi: dua mengarah ke area luar parkiran dan satu ke lorong penginapan. Namun, tidak ada CCTV yang langsung mengarah ke dalam pintu kamar korban, yang menyulitkan proses identifikasi siapa saja yang keluar masuk.
Topik:
Bunuh Diri Diplomat Kemenlu KemluBerita Terkait

Kemlu Desak Kepolisian Peru Usut Tuntas Kasus Penembakan Diplomat Muda Zetro
6 September 2025 08:08 WIB

Kematian Diplomat Arya Janggal! Rekaman CCTV: Detik 23.25.19 Tiba-tiba jadi 23.25.53
12 Juli 2025 17:12 WIB