Harga Minyak Dunia Anjlok, Kebijakan Darurat Energi Trump Jadi Sorotan

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 22 Januari 2025 08:42 WIB
Harga Minyak Mentah Global Melemah usai Trump Mengumumkan Status Darurat Energi Nasional (Foto: Ist)
Harga Minyak Mentah Global Melemah usai Trump Mengumumkan Status Darurat Energi Nasional (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Harga minyak mentah global kembali melemah pada perdagangan Selasa (21/1/2025), di tengah langkah-langkah mengejutkan yang diambil Donald Trump di hari pertama masa jabatannya sebagai Presiden Amerika Serikat (AS). Trump secara resmi mengumumkan status darurat energi nasional.

Tak hanya itu, Trump juga menunda penerapan tarif sebesar 25 persen untuk impor minyak dari Kanada hingga 1 Februari. Langkah ini dinilai strategis, mengingat Kanada menyuplai sekitar 60 persen dari total impor minyak mentah AS.

Tekanan pada harga minyak tercermin dari data pasar terbaru. Minyak jenis Brent melemah 0,55 persen ke level USD79,35 per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 0,56 persen ke level USD75,91 per barel. Dengan koreksi ini, kontrak berjangka (futures) minyak mengalami penurunan selama empat hari berturut-turut.

Mengutip MT Newswires, penurunan harga terjadi meskipun Trump menandatangani sejumlah perintah eksekutif yang menjanjikan dukungan bagi industri minyak AS, termasuk langkah-langkah untuk meningkatkan produksi di Alaska, mengisi kembali cadangan minyak strategis, dan mengakhiri subsidi untuk kendaraan listrik.

Pada Senin (20/1/2025), Trump menunda janji untuk segera menerapkan tarif 25 persen pada impor dari Kanada dan Meksiko. Sebagai gantinya, ia menginstruksikan lembaga federal untuk mengevaluasi praktik perdagangan tidak adil dari Kanada, Meksiko, dan China.

Lebih lanjut, Trump menyampaikan bahwa tarif 25 persen terhadap Kanada dan Meksiko akan diberlakukan mulai 1 Februari, yang dapat mendorong harga minyak AS naik, bertentangan dengan janjinya untuk menurunkan biaya energi.

"Janji Presiden AS terpilih Donald Trump untuk menerapkan tarif 25 persen pada semua barang impor dari Meksiko dan Kanada, termasuk minyak mentah dan gas alam, bukanlah hal yang mustahil dan harus dianggap serius oleh pembuat kebijakan serta produsen di Kanada," jelas Kepala Penelitian Energi Global di RBC Capital Markets, Greg Pardy.

"Namun demikian, dukungan vokal Trump terhadap kebangkitan Keystone XL dan tekadnya untuk menekan harga bensin tampak bertentangan dengan retorika tarif yang ia sampaikan. Hal ini membuat kesepakatan perdagangan bilateral baru mungkin tidak terlalu jauh," ungkapnya.

Analis Mizuho, Robert Yawger menuturkan, futures minyak turun seiring pasar mempertimbangkan implikasi dari janji Trump untuk meningkatkan produksi minyak AS melalui perizinan yang lebih mudah dan pembukaan lahan baru, serta membatalkan beberapa kebijakan energi bersih pemerintahan Biden.

"Harga minyak juga melemah setelah Trump menunda penerapan tarif yang sebelumnya ia ancam akan diberlakukan besar-besaran terhadap mitra dagang utama AS pada hari pertama jabatannya," ucap Robert.

Menurut Robert, tarif 25 persen pada minyak dari kedua negara tersebut berisiko memengaruhi sekitar 4,5 juta barel per hari dari total 16,6 juta barel per hari yang diproses di kilang AS.

"Penundaan ini mengurangi kekhawatiran terkait rantai pasokan untuk kilang AS, setidaknya untuk sementara," pungkasnya.

Topik:

minyak harga-minyak-mentah-global donald-trump