Harga CPO Lanjut Melemah: Minyak Pesaing Turun, Stok Meningkat

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 11 Juni 2025 16:24 WIB
Kelapa Sawit (Foto: Dok MI)
Kelapa Sawit (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Harga minyak sawit mentah (CPO) melemah pada perdagangan Rabu (11/6/2025), mencatat penurunan dua hari berturut-turut. Penurunan ini datang dari lemahnya harga minyak nabati pesaing, tekanan harga minyak mentah global, serta lonjakan stok CPO pada akhir Mei.

Kontrak acuan CPO untuk pengiriman Agustus di Bursa Malaysia Derivatives Exchange tercatat turun 0,96 persen ke level MYR3.827 per ton. 

Tekanan juga terlihat di pasar minyak nabati global. Kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian melemah 0,8 persen, sementara kontrak minyak sawit di bursa yang sama terkoreksi 2,11 persen. Di Chicago Board of Trade (CBOT), harga minyak kedelai turun 0,54 persen.

Harga minyak sawit biasanya bergerak sejalan dengan harga minyak nabati pesaing karena keduanya bersaing di pasar minyak nabati global.

Untuk harga minyak mentah tercatat turun pada awal perdagangan seiring pasar menilai hasil pembicaraan dagang Amerika Serikat (AS)-China yang belum disetujui oleh Presiden Donald Trump, ditambah lemahnya permintaan minyak dari China serta kenaikan produksi OPEC+ yang membebani pasar.

Lemahnya harga minyak mentah membuat minyak sawit menjadi bahan baku biodiesel yang kurang menarik.

Mengutip Reuters, data dari regulator industri menunjukkan bahwa stok minyak sawit Malaysia melonjak ke level tertinggi dalam delapan bulan pada Mei, karena lonjakan produksi dan impor mengimbangi ekspor yang mencapai level tertinggi dalam enam bulan.

Surveyor kargo memperkirakan ekspor produk minyak sawit Malaysia pada periode 1-10 Juni naik antara 8,1 persen hingga 26,4 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Impor kedelai Uni Eropa untuk musim 2024–2025 yang dimulai pada bulan Juli telah mencapai 13,3 juta ton metrik hingga 8 Juni, naik 7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Sebaliknya, impor minyak sawit mengalami penurunan 19 persen menjadi 2,69 juta ton, berdasarkan data dari Komisi Eropa.

Di sisi lain, ringgit Malaysia, mata uang utama dalam perdagangan minyak sawit terdepresiasi 0,12 persen terhadap dolar AS. Pelemahan ini membuat harga minyak sawit lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang asing. 

Topik:

sawit minyak-sawit cpo harga-cpo