Kinerja Keuangan Mandek! Gaji Petinggi Telkom Bengkak hingga GOTO Tersorot

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 13 Juni 2025 12:03 WIB
PT Telkom Indonesia (TLKM) (Foto: Dok MI/Istimewa)
PT Telkom Indonesia (TLKM) (Foto: Dok MI/Istimewa)

Jakarta, MI - Isu PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), Grab dan Danantara turut memunculkan sorotan terhadap fundamental PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).

Investasi TLKM di GOTO belum sepenuhnya menguntungkan. Sementara, pendapatan dan laba perusahaan cenderung stagnan beberapa waktu terakhir. Sepanjang 2024, pendapatan TLKM hanya naik 0,5% secara tahunan menjadi Rp149,97 triliun. 

Laba bersihnya bahkan turun 3,7% secara tahunan menjadi Rp23,65 triliun.

Alih-alih menerapkan strategi lain untuk mendongkrak kinerja keuangan, gaji petinggi TLKM justru terus membengkak, yang mana ini akan turut menjadi beban. "Jika tidak ada terobosan baru untuk tahun 2025 ini, penjualan dan laba 2025 akan sama flat-nya dengan 2024 dan 2023. Bahkan bisa jadi sedikit turun dibandingkan dengan kedua tahun tersebut," kata investor senior Joeliardi Sunendar, dikutip Jumat (13/6/2025).

Kini jajaran manajemen kunci TLKM tergolong gemuk. TLKM memiliki sembilan direksi dan delapan komisaris. Remunerasi dewan direksi dan komisaris TLKM kuartal I-2025 sebesar Rp192 miliar. Jika disetahunkan, angkanya mencapai Rp768 miliar, yang mana angka ini akan diakui sebagai beban umum dan administrasi.

Beban remunerasi dewan direksi dan komisaris TLKM yang disetahunkan itu naik 13% dibanding realisasi remunerasi 2024 yang sebesar Rp668 miliar.

Jika gaji dan tunjangan (remunerasi) para petinggi TLKM itu bisa disetahunkan, maka bukan berarti perkiraan pendapatan dan laba TLKM hingga akhir tahun diperlakukan sama.

"Apalagi, sejak dijualnya IndiHome, 80% bisnis TLKM tidak lagi di bawah manajemen TLKM sendiri. Jika GOTO benar-benar diakuisisi Grab, meski belum ada konfirmasi bahwa hal ini bisa terjadi, penjualan ini mungkin bisa membantu bottom-line TLKM yang mandek selama ini," jelasnya.

Pangkas Target Harga
JP Morgan juga menyoroti prospek profitabilitas JP Morgan yang cenderung tertekan.

Tim riset yang terdiri dari Henry Wibowo hingga Ranjan Sharma disebutkan, JP Morgan memangkas target harga saham TLKM dari Rp4.200 menjadi Rp3.700 karena laba kuartal I/2025 hanya mencapai Rp5,7 triliun atau 21% dari estimasi laba sepanjang tahun. Margin laba bersih TLKM juga tercatat hanya 14%, terendah dalam lima tahun terakhir.

“Hal ini mencerminkan tekanan profitabilitas yang signifikan, terutama dari segmen mobile dan enterprise,” ungkapnya dikutip dari riset tersebut, Jumat (13/6/2025).

Telkomsel sebagai kontributor utama laba usaha TLKM dinilai masih menghadapi pertumbuhan yang lambat. ARPU stagnan, dan kompetisi di segmen seluler masih sangat ketat.

Di saat bersamaan, segmen enterprise belum menghasilkan margin yang sehat dan berkelanjutan.

Untuk tahun 2025, JP Morgan memproyeksikan pendapatan TLKM mencapai Rp158,3 triliun dan laba bersih Rp27,2 triliun. Namun, margin laba bersih diperkirakan tetap di kisaran 17%, lebih rendah dari era sebelumnya yang mencapai 18 hingga 20%.

Return on equity (ROE) Telkom juga terus menyusut, dari 16,3% pada 2024 menjadi 15,7% di 2025 dan 15,5% di 2026. Sementara rasio pembayaran dividen TLKM sebesar 60%, diperkirakan menghasilkan dividend yield 4,1% untuk tahun buku 2025. Yield ini cenderung stagnan di kisaran 4,3% pada 2026 dan 4,5% di 2027.

JP Morgan menegaskan rekomendasi Neutral untuk saham TLKM. Menurut analis, kontribusi sektor digital dan data center belum cukup kuat untuk menutup pelemahan dari segmen legacy seperti Telkomsel. 

Evaluasi Investasi
Investasi TLKM di GOTO dilakukan melalui Telkomsel. Berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2025, Telkomsel menilai wajar investasi di GOTO masing-masing Rp83/saham dan Rp70/saham masing-masing di periode 31 Maret 2025 dan 2024.

Sehingga, jumlah keuntungan yang belum direalisasi dari perubahan nilai wajar investasi Telkomsel pada GOTO untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2025 sebesar Rp308 miliar.

Sementara, jumlah kerugian yang belum direalisasi dari perubahan nilai wajar untuk periode 2024 sebesar Rp403 miliar.

“Rencana investasi kita akan selalu kita evaluasi apakah inline dengan market. Evaluasi akan kita terus lakukan karena masih banyak peluang investasi,” jelas Direktur Pengembangan Bisnis TLKM Honesti Basyir, dikutip Rabu (28/5/2025).

Kerugian dari investasi di GOTO turut menekan laba usaha Telkom di kuartal pertama 2024, yang turun tipis menjadi Rp11 triliun dari Rp11,43 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Selain faktor investasi, tekanan juga datang dari meningkatnya sejumlah pos beban operasional.

Honesti menegaskan bahwa Telkom akan terus memastikan setiap investasi yang dilakukan benar-benar memberikan manfaat strategis maupun finansial. Menurutnya, fokus perusahaan saat ini adalah penguatan fundamental dan optimalisasi aset.

“Yang paling penting adalah memastikan bahwa setiap investasi memberikan return yang optimal, baik secara strategis maupun finansial,” katanya.

Topik:

Telkom GOTO