Danantara akan Pangkas 888 Induk hingga Cucu BUMN jadi 200 Perusahaan


Jakarta, MI - Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia tengah menyiapkan langkah strategis dengan memangkas jumlah entitas BUMN dari semula 888 perusahaan, terdiri dari induk, anak, dan cucu usaha menjadi kurang dari 200 perusahaan.
Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria, menyampaikan bahwa langkah ini merupakan bagian dari tahapan awal transformasi pengelolaan BUMN yang dilakukan Danantara, dimulai dengan mengkaji bisnis secara fundamental (fundamental business review).
Pada tahap yang telah diselesaikan, Danantara melakukan analisis perkembangan industri, analisis kompetitor, hingga kajian kapabilitas internal yang kemudian dimasukkan ke dalam sebuah matrix.
"Jumlah perusahaan kita 888 perusahaan yang ada di induk sampai cucu BUMN yang kita masukkan di dalam matrix industri," ujar Dony dalam diskusi bersama Ikatan Alumni Fakultas Ilmu Komunikasi (IKA Fikom) Universitas Padjadjaran (Unpad), dikutip Kamis (19/6/2025).
Dony menyatakan, banyak perusahaan dengan model bisnis yang sama namun tidak kompetitif lantaran ukurannya terlalu kecil. Misalnya, di sektor logistik terdapat 18 perusahaan BUMN, dan terdapat 16 perusahaan asuransi dengan model bisnis serupa.
Lalu, untuk tahap kedua, Danantara akan melakukan konsolidasi bisnis (business consolidation) dari hasil kajian dan analisis di tahap pertama. Dia mencontohkan hanya akan ada 1 perusahaan logistik yang besar, kompetitif, mampu bersaing, juga memberikan nilai tambah yang signifikan untuk Danantara.
Selain itu, Dony mengatakan bahwa Danantara juga akan memangkas perusahaan asuransi BUMN menjadi 3, yakni meliputi life insurance, general insurance, dan credit insurance.
Ia mencontohkan BUMN saat ini memiliki 130 hotel yang tersebar di berbagai perusahaan, namun tidak dikelola secara profesional. Nantinya, Danantara akan membentuk 1 holding hotel BUMN sehingga Danantara menjadi operator hotel nomor 2 terbesar di Indonesia.
"Sehingga akan terjadi konsolidasi bisnis dari tadinya 888 perusahaan, kita harapkan nanti menjadi tinggal di bawah 200 perusahaan yang memang kokoh dan kuat," jelas Dony.
Konsolidasi BUMN tersebut, menurutnya tidak bisa dilakukan sebelum adanya Danantara karena tidak ada interkorelasi. Melalui kepemilikan terhadap seluruh aset dan dividen BUMN, Danantara Asset Management akan lebih fleksibel melakukan merger dan akuisisi.
"Kami bisa melakukan itu karena kami pemiliknya secara perusahaan. Kita cukup dengan melakukan merger and acquisition di antara perusahaan kita. Bahkan kita bisa melakukan penarikan modal, memindahkan," kata Dony.
Pada tahun 2025, Dony menyampaikan bahwa perusahaan akan mulai melangkah ke tahap konsolidasi bisnis. Proses ini dimulai dari 4-5 industri, salah satunya adalah sektor konstruksi atau yang dikenal dengan BUMN karya.
Dony menjelaskan, saat ini BUMN karya masih menjalankan berbagai lini usaha, mulai dari properti, konstruksi, tol, hingga listrik. Ke depan, Danantara menargetkan agar masing-masing perusahaan hanya berfokus pada satu inti bisnis.
"Tahun ini kita harapkan akan terjadi konsolidasi kurang lebih 4-5 industri termasuk di dalamnya (BUMN) Karya yang akan kita konsolidasikan. Sehingga dia menjadi perusahaan yang lebih tepat guna dan sehat, tidak lagi masuk ke dalam konglomerasi," tutur Dony.
Tahap ketiga dari pengelolaan BUMN oleh Danantara, menurut Dony, adalah menulis ulang peta jalan (roadmap) bisnis model dan revenue stream dari masing-masing perusahaan.
Untuk tahap keempat, Danantara akan mulai mengidentifikasi langkah-langkah untuk memberikan nilai tambah (value creation) dari pengelolaan seluruh BUMN.
"Mana yang akan kita privatize, mana yang akan kita hold. Mana perusahaan-perusahaan menurut kita ini akan lebih bagus dan lebih transparan kalau kita lakukan privatisasi, mana juga yang tidak akan kita privatisasi," tutup Dony.
Topik:
danantara bumn dony-oskaria