Danantara Ungkap Penyebab Banyak BUMN Karya Sakit

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 17 November 2025 12:47 WIB
Danantara (Foto: Dok MI)
Danantara (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Managing Director Non-Financial Holding Operasional Danantara, Febriany Eddy, memaparkan penyebab utama kondisi “sakit” yang masih membayangi banyak BUMN Karya. 

Menurut Febriany, persoalan berulang tersebut bersumber dari perencanaan proyek infrastruktur yang lemah sejak tahap awal. Hal ini membuat estimasi biaya proyek membengkak hingga waktu pelaksanaan meleset dari target. Keuangan perusahaan pun menjadi terpuruk.

"Sudah gitu project eksekusinya, kadang perencanaan kurang. Misal kondisi tanah seperti apa, (desain) bangunan seperti apa. Nah hal ini kadang suka miss (terlewat). Tidak dilakukan di depan, ide klien juga tidak dikasih, BUMN juga tidak," jelas Febriany dalam media briefing dikutip Senin (17/11/2025).

Ia mencontohkan proyek yang dilelang pemerintah, seperti Tol Gilimanuk–Mengwi. Proyek tersebut bahkan sudah di-groundbreaking oleh Presiden ke-7 Joko Widodo, namun akhirnya mandek karena badan usaha gagal mencapai financial close.

"Makanya planning itu penting sekali. Jadi kalau sudah mulai tidak ada lagi tantangan. Banyak juga yang mulai tanpa financial close. Bisa dibayangkan, tengah jalan dia harus berhenti karena tidak ada uang," kata Febriany.

Febriany menambahkan, sektor jasa konstruksi nasional sebenarnya memiliki potensi bagus, meski pertumbuhannya masih single digit. Namun lemahnya perencanaan dan banyaknya jumlah penyedia jasa, terutama BUMN, membuat persaingan makin padat dan pasar menjadi sempit.

"Sehingga miss terus, cost overrun, over schedule, terus legalnya juga. Di tengah jalan ditutup, tengah jalan (proyek) di-suspend," imbuhnya.

Selain itu, ia menyoroti pola tender proyek infrastruktur yang dinilai tidak sehat. Dalam satu proyek saja, perusahaan-perusahaan BUMN kerap saling bersaing ketat. Demi memenangkan tender, harga diturunkan sedemikian rupa hingga margin tergerus habis.

"Banyak bisnis BUMN ini yang saling kanibal, contoh BUMN karya, 7 karya itu kalau tender, tujuh-tujuhnya berkompetisi, turunin harga, sampai tidak ada margin lagi juga tetap di turunin, yang penting dapat kerjaan. Hal seperti itu sangat tidak sehat, tidak sehat, make sense, kita saling bunuh di dalam," pungkasnya.

Topik:

bumn-karya danantara