Telkom Raup Laba Rp10 Triliun di Semester I/2025, Dividen 2026 Menggiurkan?

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 11 Agustus 2025 17:37 WIB
PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) (Foto: Dok MI)
PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) melaporkan kinerja keuangan yang melambat pada paruh pertama 2025. 

Emiten telekomunikasi pelat merah ini membukukan laba bersih sebesar Rp10,97 triliun, terkoreksi 6,68% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp11,76 triliun.

Dari sisi pendapatan, Telkom mengantongi Rp73 triliun atau turun 3,04% dari tahun lalu sebesar Rp75,29 triliun. Segmen data internet dan jasa teknologi informatika masih menjadi penopang utama dengan kontribusi Rp44,25 triliun, disusul IndiHome Rp13,25 triliun, interkoneksi Rp4,96 triliun, telepon Rp3,07 triliun, jaringan Rp1,84 triliun, dan layanan lainnya Rp4,14 triliun.

Meski profitabilitas menurun, prospek dividen Telkom masih diperkirakan atraktif, seiring rekam jejak perusahaan yang konsisten membagikan porsi keuntungan kepada pemegang saham.

Kendati naiknya pendapatan, kinerja laba TLKM tergerus oleh sejumlah beban, seperti biaya operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi sebesar Rp19,7 triliun, penyusutan dan amortisasi Rp16,19 triliun, karyawan Rp8 triliun, interkoneksi Rp4,19 triliun, umum dan administrasi Rp3,3 triliun, serta pemasaran Rp1,53 triliun.

Tekanan biaya tersebut menjadi faktor utama terhambatnya pertumbuhan laba. Meski begitu, jika melihat prospek saham-nya, pada tahun depan diperkirakan masih bisa memberikan cuan dividen menarik.

Prospek Dividen TLKM 

Secara historis, TLKM konsisten membagikan dividen tanpa jeda selama lebih dari sepuluh tahun terakhir. Yield dividen paling tinggi pernah diberikan pada 2021 silam mencapai 9,20%, sementara yang paling baru dibagikan tahun ini dari laba tahun buku 2024 cuan-nya mencapai 7,30%.

Prospeknya, dividen tahun depan juga dinilai masih akan menarik. Jika menarik laba semester I/2025 sebesar Rp10,97 triliun, diproyeksikan bisa mendapat EPS setahun penuh sebesar 221,58.

Jika payout ratio bisa sama seperti tahun ini di 89%, maka dividen per lembar akan berada di kisaran Rp197,20. Dari nilai ini, jika dibandingkan terhadap harga saham terkini di Rp2.980 per lembar, cuan dividen bisa mencapai 6,62%.

Valuasi TLKM Masih Murah

Valuasi saham TLKM masih tergolong murah. Berdasarkan grafik Price to Book Value (PBV) Band lima tahun terakhir, posisi TLKM saat ini berada di kisaran -1 standar deviasi.

Harga wajar menggunakan rata-rata PBV selama lima tahun di 2,96 kali akan setara dengan Rp3.950 per lembar. Level ini terbilang masih jauh dari harga sekarang di Rp2.980 per lembar, mencerminkan upside sekitar 32,50%.

Untuk pendekatan yang lebih konservatif, target harga saham TLKM dikompilasi dari 29 dari total 41 lembaga/sekuritas yang memberikan rekomendasi beli. Rata-rata target harga dari konsensus tersebut berada di kisaran Rp3.258 per lembar.

Sementara itu, jika melihat secara teknikal saham TLKM kini sudah masuk fase uptrend. Dalam jangka pendek masih ada potensi retracement ke ara support MA20 daily sekitar 2860, jika bisa memantul dari level ini ada potensi melanjutkan kenaikan ke resistance sekitar 3180.

Target resitance tersebut tidak terlalu berbeda jauh dari target analis lembaga/sekuritas. Kalau dihitung upside dari level saat ini sekitar 6,71% - 9,33%.

Apabila pelaku pasar mampu memadukan strategi dengan membeli di harga saat ini atau menunggu retracement ke level 2800-an, maka kita akan mendapatkan cuan double, yaitu dari dividen sekitar 6-7% ditambah capital gain.

Prospek Bisnis TLKM

Sebagai perusahaan telekomunikasi pelat merah sekaligus pemimpin pasar di industri, TLKM terus memperkuat perannya sebagai pilar utama ekosistem digital nasional.

Langkah ini ditempuh lewat ekspansi di sektor data center. NeutraDC, unit data center Telkom, kini mencatat tingkat okupansi hampir 90% pada fasilitas yang ada, dengan target peningkatan kapasitas operasional hingga 80 MW pada akhir 2025.

Ke depan, Telkom menargetkan kapasitas pusat data tersebut bisa melesat hingga 400-500 MW pada tahun 2030 untuk mendukung laju transformasi AI.

Sebagai bagian dari strategi digitalnya, Telkom melakukan investasi Rp 1,4 triliun untuk membangun data center berteknologi AI di Kabil, Batam, yang diperkirakan operasional pada kuartal III-2025. 

Fasilitas ini dirancang untuk melayani demand dari Singapura juga, bukan hanya domestik, sehingga Batam ditargetkan menjadi regional business hub.

Selain itu, NeutraDC mengelola 35 data center di bawah merek seperti NeutraDC, NeuCentrIX, dan Telin, dengan total kapasitas sekitar 38 MW dan 2.420 rak data per tahun 2024.

Tak hanya mengembangkan infrastruktur, Telkom juga membuka peluang kemitraan finansial untuk mengoptimalkan nilai bisnis data center. 

Perusahaan telah menunjuk Goldman Sachs dan Mandiri Sekuritas untuk mencari investor strategis di NeutraDC, yang nilai bisnisnya bisa mencapai lebih dari US $1 miliar.

Apabila seluruh rencana berjalan mulus, Telkom berpeluang memperluas portofolio bisnis digitalnya, meningkatkan margin, dan memperkuat posisinya di kelas pemain cloud & AI regional.

Meski demikian, sejumlah tantangan perlu diantisipasi. Perpindahan sumber pendapatan dari bisnis konektivitas tradisional ke layanan digital bernilai tambah cenderung memakan waktu, sehingga kontribusi margin dari data center dan solusi AI mungkin belum signifikan dalam jangka pendek.

Selain itu, proyek data center bersifat padat modal dan menghadapi kompetisi ketat dari pemain global maupun lokal, yang dapat menekan tarif sewa dan tingkat okupansi.

Faktor eksternal seperti keterlambatan pembangunan, perubahan aturan terkait data domestik, hingga risiko pembengkakan biaya infrastruktur juga dapat mengurangi potensi keuntungan yang diproyeksikan.

Topik:

pt-telkom-indonesia tlkm laba-tlkm dividen-tlkm kinerja-keuangan