Pengamat Timur Tengah: Iran Sudah Menang Lawan Israel

Zul Sikumbang
Zul Sikumbang
Diperbarui 19 Juni 2025 00:02 WIB
Ilustrasi perang Iran-Israel (Foto: Iran Press)
Ilustrasi perang Iran-Israel (Foto: Iran Press)

Jakarta, MI - Sejak pertempuran Iran dan Israel yang dimulai tanggal 13 Juni 2025, Iran bisa dikatakan telah memenangkan perang tersebut.

"Hari kelima perang Iran-Israel, bisa dibilang Iran menang," kata pengamat Timur Tengah, Faisal Assegaf di Jakarta, Rabu (18/6).

Indikator kemenangan Iran terhadap Israel bisa dilihat dari keberhasilan Iran mengembangkan kekuatan militer mereka meskipun telah diberi sanksi ekonomi oleh Amerika Serikat sejak tahun 1979.

"Negara yang sudah diberi sanksi tapi bisa mengembangkan kekuatan militer sedemikian rupa dan bisa membalas serangan Israel secara mengerikan dan menakutkan. Tel Aviv porak poranda, pangkalan militer Israel hancur, markas Mossad juga kena, kementerian pertahanan, unit logistik Israel hancur. Jadi negara yang dikenai sanksi tapi mampu melakukan serangan mematikan dan itu indikator bahwa Iran sudah menang," kata Faisal.

Indikator lain adalah kemampuan Iran berperang tanpa bantuan negara lain. Beda dengan Israel yang mendapat bantuan dari Amerika Serikat. Bahkan sebelum serangan Israel tanggal 13 Juni 2025, Amerika Serikat mengirim 300 peluru kendal jenis Hellfire R9X.

"Iran perang sendirian, sedang Israel dapat bantuan dari AS. AS juga beri bantuan kepada Israel 3,8 miliar dolar per tahun," kata Faisal.

Selanjutnya, masyarakat Israel saat ini merasa tidak aman tinggal di Israel dan ingin keluar karena berbagai sebab. "Masyarakat israel mulai stress karena serangan Hamas, teror dari Hisbullah, serangan dari Iran. Serangan Iran yang menakutkan ini menimbulkan rasa tidak aman bagi masy Israel," kata Faisal.

Terkait serangan balasan Iran kepada Israel adalah balas dendam karena sebelumnya Israel menewaskan pemimpin Hamas, Ismail Haniyah yang berkunjung ke Taheran saat menghadiri pemakaman presiden Iran, Ebrahim Raisi dan pembunuhan terhadap Sekretaris Jenderal Hisbullah, Hassan Nasrallah. Terakhir adalah tewasnya Mayjen Kepala Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), Hossein Salami.

"Serangan ini harus dilakukan karena menjaga kredibilitas rezim Mullah yang berkuasa sejak tahun 1979. Seragan ini juga menjaga harkat dan martabat bangsa Iran. Serangan Israel tanggal 13 Juni tidak hanya mengganggu kredibilitas rezim, tapi juga menghantam harga diri bangsa Iran," kata Faisal.

Yang lebih penting, ungkap Faisal, serangan Iran ke Israel adalah bentuk keadilan bagi Palestina yang selama ini ditindas oleh zionis Isreal tanpa ada bantuan atau dukungan dari PBB dan negara-negara Arab.

"Serangan balasan Iran sebagai bentuk hukum terhadap Israel yang pongkah karena melanggar hukum internasional. Sejak Oktober 2023, Israel sudah melakukan genosida terhadap Palestina dan tidak memberi sanksi. PBB impoten, liga arab dengan OKI nya tidak berdaya. Serangan balasan Iran memberikan keadilan bagi bangsa Palestina yang selama ini merindukan keadilan karena selama ini sasaran agresi militer Israel," pungkasnya.

Topik:

Perang Iran-Israel Faisal Aseegaf timur tengah