Nurul Arifin: Perang 12 Hari Iran-Israel Guncang Dunia, Indonesia Harus Dorong Perdamaian


Jakarta, MI - Anggota Komisi I DPR RI, Nurul Arifin, menyoroti dampak luas dari konflik bersenjata antara Iran dan Israel yang hanya berlangsung selama 12 hari namun telah mengguncang dunia. Dalam sebuah rapat kerja terbuka, Nurul menyampaikan keprihatinannya terhadap eskalasi konflik yang bisa berdampak tidak hanya pada kawasan Timur Tengah, tapi juga secara global, termasuk Indonesia.
"Kita sudah melihat bahwa perang ini, meski hanya berjalan 12 hari, dimulai dengan unjuk kekuatan Iran dalam persenjataan. Israel terlihat agak tergopoh-gopoh dalam menangkal serangan rudal, lalu Amerika turun tangan dengan membombardir tiga lokasi dan berhasil membungkam konflik," ujar Nurul, Kamis (26/6/2026).
Namun, menurutnya, efek dari konflik singkat itu sudah terasa luas. “Dampaknya tidak hanya bagi kedua negara, tapi juga banyak negara lain dan berbagai aspek kehidupan. Ini bukan sekadar konflik bersenjata, tapi pertarungan dua entitas yang membawa wajah politik, ras, dan bahkan peradaban dunia," katanya.
Nurul juga menyoroti aspek geopolitik dan ekonomi global yang terganggu akibat konflik tersebut. Ia mencontohkan lonjakan harga energi yang sempat terjadi namun berhasil diredam melalui intervensi cadangan energi oleh pihak yang belum diketahui. "Alhamdulillah ini tidak sampai membuat harga energi melambung tak terkendali. Tapi ini jelas sinyal bahaya yang harus kita waspadai," katanya.
Ia juga menggarisbawahi bahaya narasi ekstremisme yang bisa tumbuh subur di ruang digital sebagai efek lanjutan dari konflik luar. "Kalau dua entitas besar ini dipolitisasi, sangat mudah memicu radikalisme yang masuk lewat digital. Untungnya, banyak pemimpin dunia sadar akan bahaya ini," ujar Nurul.
Terkait perlindungan WNI, ia menegaskan pentingnya evakuasi cepat dari wilayah konflik. "Saya melihat pernyataan Pak Prabowo yang viral di TikTok tentang evakuasi WNI di Iran. Pemerintah sudah bergerak, dan minggu depan kami di Komisi I akan rapat dengan Menlu untuk membahas posisi resmi Indonesia," kata Nurul.
Sebagai negara dengan politik luar negeri bebas aktif, Indonesia menurutnya berada dalam posisi strategis. “Kita tidak punya musuh, tidak berpihak ke blok manapun. Itu keuntungan besar. Maka langkah konkret Indonesia harus aktif mendorong gencatan senjata melalui ASEAN, OKI, maupun PBB,” jelasnya.
Selain itu, Nurul menekankan pentingnya diplomasi kemanusiaan dan kesiapan dalam negeri. “Mitigasi di dalam negeri harus dilakukan, terutama dalam menjaga stabilitas harga energi dan mencegah penyebaran paham ekstrem di ruang digital,” katanya.
Nurul juga menegaskan peran DPR dalam diplomasi parlemen dan pengawasan kebijakan luar negeri. “Kami mendorong penguatan diplomasi parlemen untuk membawa pesan damai. Kami akan terus menyuarakan bahwa perang itu tidak ada gunanya. Seperti lagu Imagine milik The Beatles, dunia ini seharusnya diisi cinta, bukan konflik," ujarnya menutup pernyataan.
Ia juga mengingatkan bahwa konflik lain seperti di Gaza dan Ukraina belum menemukan titik damai. “Jangan kita teralihkan hanya ke Iran dan Israel. Gaza belum selesai. Ukraina juga belum. Kita perlu terus berperan aktif, mendukung resolusi damai yang adil,” tandasnya.
Topik:
Perang Iran-Israel ASEAN OKI DPR<Berita Sebelumnya
Sukamta: Serangan Israel ke Iran Bukan Soal Nuklir, Tapi Manuver Politik Netanyahu
Berita Selanjutnya
Hashim: Rumah Subsidi 18 Meter Persegi Belum Final, Masih Dikaji
Berita Terkait

Serangan Israel ke Qatar, BKSAP DPR RI Minta ASEAN dan OKI Ambil Sikap Tegas
12 September 2025 18:36 WIB

Sukamta: Serangan Israel ke Iran Bukan Soal Nuklir, Tapi Manuver Politik Netanyahu
26 Juni 2025 15:09 WIB

Konflik Israel-Iran Ancam Ketenagakerjaan, DPR Minta Perlindungan Pekerja Diperkuat
25 Juni 2025 15:10 WIB

Evakuasi WNI Berjalan, DPR Desak Indonesia Dorong PBB Hentikan Perang Iran-Israel
23 Juni 2025 14:00 WIB