Sukiyat: Tokoh Inspiratif dari Klaten yang Mengukir Mimpi Lewat Kiat Esemka

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 10 April 2025 09:07 WIB
H Sukiyat (kanan) (Foto: Dok MI)
H Sukiyat (kanan) (Foto: Dok MI)

Klaten, MI – Di tengah gemerlap inovasi dan semangat kemandirian bangsa, nama Sukiyat dari Klaten, Jawa Tengah, muncul sebagai sosok inspiratif yang tak kenal lelah dalam mengejar mimpi. Pria kelahiran Trucuk, Klaten, 22 April 1957 ini dikenal luas sebagai inisiator mobil Kiat Esemka, sebuah karya anak bangsa yang pernah mengguncang dunia otomotif Indonesia. 

Dengan tangan dinginnya, Sukiyat berhasil mengubah bengkel sederhana di kampung halamannya menjadi panggung lahirnya ide besar yang menginspirasi generasi muda.

Sosok Pekerja Keras, Cerdas, dan Ikhlas

Tidak ada kata "instan" dalam kamus hidup Sukiyat. Sebagai sosok pekerja keras, ia kerap menghabiskan waktu di bengkelnya, mengasah kemampuan dan menciptakan inovasi baru. Kecerdasannya tampak dari bagaimana ia mampu mengatasi berbagai kendala teknis dalam pembuatan mobil dengan solusi kreatif.

Yang paling menonjol, Sukiyat menjalankan semua usahanya dengan keikhlasan yang mendalam. Ia tidak pernah mengejar ketenaran atau kekayaan semata, melainkan kepuasan untuk mengabdi pada negeri melalui karya nyata.

Sukiyat memulai perjalanan hidupnya dari nol. Berbekal ketekunan dan kecintaan pada dunia otomotif, ia mendirikan bengkel Kiat Motor pada tahun 1977 di Kradenan, Trucuk, Klaten. Awalnya, bengkel kecil itu hanya melayani perbaikan sepeda motor dan sepeda kayuh.

Namun, dengan semangat pantang menyerah, Sukiyat mengembangkan usahanya hingga mampu menangani proyek-proyek besar. Pada 2004, ia memperluas sayap dengan membuka bengkel baru di Ngaran, Mlese, Ceper, Klaten, yang kini menjadi salah satu pusat kreativitas dibidang otomotif. 

Dari Bengkel Kecil Menuju Prestasi Nasional

Kisah inspiratif Sukiyat mencapai puncaknya ketika ia menggagas pembuatan mobil Kiat Esemka. Berawal dari keprihatinannya terhadap minimnya minat masyarakat pada jurusan otomotif di SMK Negeri 1 Trucuk, ia terpilih sebagai wakil ketua komite sekolah pada 2009 dan memutuskan untuk membuat gebrakan. 

Dengan melibatkan siswa SMK yang sedang praktik kerja lapangan (PKL) di bengkelnya, Sukiyat memulai proyek ambisius: merakit mobil dari nol. Menggunakan mesin Toyota sebagai basis, ia membimbing para siswa untuk menciptakan bodi mobil secara manual.

Proses ini penuh tantangan, terutama dalam membentuk bodi yang membutuhkan ketelitian tinggi, namun hasilnya luar biasa. Mobil Kiat Esemka lahir dan kemudian menjadi kendaraan dinas Wali Kota Solo saat itu, Joko Widodo, yang turut mengangkat nama Sukiyat ke kancah nasional.

Mengatasi Keterbatasan dengan Semangat Juang

Meski mengalami cacat di kaki kirinya akibat polio sejak usia enam tahun, Sukiyat membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukan penghalang untuk meraih prestasi. Dengan motto "Man jadda wajada" – siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil – ia menjalani hidup dengan penuh dedikasi. Prinsip kerjanya yang terkenal, "3N" (niteni, nirokke, nambahi) atau "ATM" (amati, tiru, modifikasi), menjadi cerminan bagaimana ia belajar dari negara-negara maju seperti Jepang dan Korea untuk membangun karya otomotif lokal.

Sukiyat bukan hanya pengusaha sukses, tetapi juga tokoh yang peduli pendidikan dan masyarakat. Ia kerap berbagi ilmu dengan generasi muda dan mendukung kegiatan komunitas dan sosial di Klaten.

Hingga kini, nama Sukiyat tetap harum di Klaten dan Indonesia sebagai simbol ketekunan, inovasi, dan semangat membangun kemandirian bangsa. Dari bengkel kecil di Trucuk, Klaten, Jawa Tengah ia telah mengukir sejarah yang menginspirasi banyak orang untuk bermimpi besar dan bekerja keras. Sukiyat adalah bukti nyata bahwa dari Klaten, sebuah kabupaten sederhana di Jawa Tengah, lahir tokoh inspiratif yang mampu menggetarkan Indonesia.

Topik:

Sukiyat Esemka