Bukan Kaleng-Kaleng! Ini 4 Konglomerat Pemilik Tambang Nikel di Indonesia


Jakarta, MI - Indonesia bukan hanya terkenal dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya, tapi juga menyimpan harta karun mineral strategis, salah satunya adalah nikel.
Berdasarkan data terbaru dari United States Geological Survey (USGS), Indonesia memiliki cadangan nikel mencapai 55 juta ton, menjadikannya salah satu pemilik cadangan nikel terbesar di dunia.
Saat ini, Indonesia bahkan berkontribusi sekitar 40–45 persen terhadap total cadangan global.
Tingginya potensi ini tentu tidak dibiarkan begitu saja. Sejumlah pengusaha besar dan konglomerat nasional telah lama mencium aroma keuntungan dari sektor pertambangan nikel.
Mereka membangun jaringan bisnis yang kuat, dari hulu ke hilir, mulai dari eksplorasi tambang hingga pengolahan menjadi produk akhir bernilai tinggi.
Beberapa nama perusahaan besar yang bergerak di industri tambang nikel, seperti PT Adaro Energy dan PT Bayan Resources, sudah tak asing lagi di telinga publik.
Berikut daftar pengusaha nasional yang diketahui memiliki kendali atas tambang-tambang nikel strategis di tanah air:
1. Kiki Barki
Kiki Barki adalah seorang pengusaha sekaligus pendiri Harum Energy, salah satu perusahaan tambang terkemuka di Indonesia.
Awalnya, Harum Energy beroperasi di sektor pertambangan batubara, namun saat ini, perusahaan tersebut mulai merambah dan dikenal luas di industri tambang nikel.
Kiki Barki mendirikan Harum Energy pada 1995 dengan nama PT Asia Antrasit. Kemudian, perusahaan ini resmi listing di Bursa Efek Indonesia pada Oktober 2010 dan masih bertahan sampai sekarang.
Pada 2020, Harum Energy melakukan diversifikasi dengan beralih ke sektor nikel, yakni melalui pendirian Tanito Harum Nickel (THN). Harum Energy kemudian mengakuisisi beberapa perusahaan untuk meningkatkan skalanya, yakni Westrong Metal Industry dan Blue Sparking Energy.
2. Low Tuck Kwong
Low Tuck Kwong merupakan konglomerat pemilik Bayan Resources, perusahaan tambang yang berfokus di sektor batubara. Kini, ia mulai merambah ke komoditas nikel yang membuatnya masuk dalam daftar pengusaha pemilik tambang nikel di Indonesia.
Pria kelahiran Singapura, 17 April 1948 ini sebenarnya berangkat dari perusahaan konstruksi. Ia mendirikan Jaya Sumpiles Indonesia pada 1973, setahun setelah memutuskan pindah ke Indonesia.
Lalu, Low Tuck Kwong mulai masuk ke bisnis batubara sejak 1988 sebagai kontraktor tambang. Pada 1997, ia membeli perusahaan tambang pertamanya, PT Gunungbayan Pratamacoal sekaligus yang menjadi cikal bakal PT Bayan Resources.
Saat ini, Low Tuck Kwong menjadi pemilik Bayan Resources (BYAN) dengan menguasai sekitar 60–62 persen saham. Melansir Forbes per 13 Juni 2025, kekayaan Low Tuck Kwong mencapai 27,8 miliar dolar AS atau setara Rp452 triliun (Kurs Rp16.270).
3. Garibaldi Thohir
Garibaldi Thohir, yang lebih dikenal sebagai Boy Thohir, adalah salah satu pengusaha yang memiliki tambang nikel di Indonesia. Ia merupakan adik dari Menteri BUMN Erick Thohir dan juga dikenal sebagai pemilik Alamtri Resources, sebelumnya bernama PT Adaro Energy Indonesia yang bergerak di sektor pertambangan batubara.
Boy Thohir juga pernah menjadi pemimpin PT Merdeka Copper Gold (MDKA), perusahaan yang memproduksi emas, perak, tembaga, hingga mineral. Ia pernah menjabat sebagai direktur pada 2012–2014 dan komisaris pada 2014–2023. Ia juga menguasai saham MDKA sekitar 7 persen pada 2024.
Garibaldi Thohir diketahui memiliki Sulawesi Cahaya Mineral yang merupakan salah satu tambang nikel di Indonesia. Sepanjang tahun 2024, tambang Sulawesi Cahaya Mineral diketahui menghasilkan 10,1 juta wmt limonit.
4. Lim Hariyanto Wijaya Sarwono
Lim Hariyanto Wijaya Sarwono merupakan pengusaha sekaligus pendiri Harita Group, induk perusahaan yang bergerak di sektor nikel, sawit, kayu, dan bauksit. Sektor nikel Harita Group dikelola oleh PT Trimegah Bangun Persada atau dikenal dengan Harita Nickel (NCKL).
PT Trimegah Bangun Persada memiliki pabrik High Pressure Acid Leach (HPAL) untuk menghasilkan bahan baku baterai EV. Perusahaan ini beroperasi di Pulau Obi, Halmahera Selatan.
Namun, saat ini, Harita Group dipimpin oleh anak dari Lim Hariyanto, yakni Lim Gunawan Hariyanto. Ia menjabat sebagai CEO Harita Group dan Bumitama Agri, lini bisnis mereka di bidang perkebunan.
Lim Hariyanto Wijaya Sarwono tercatat memiliki kekayaan bersih sekitar 3,6 miliar dolar AS atau setara Rp58,5 triliun (mengacu pada kurs Rp16.270).
Pada tahun 2023, kekayaannya sempat mengalami lonjakan signifikan hingga mencapai 6,4 miliar dolar AS berkat penawaran umum perdana (IPO) saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL).
Topik:
tambang-nikel pengusaha pertambanganBerita Terkait

Pemerintah Kembali Izinkan Operasi Tambang Nikel di Raja Ampat, DPR Ingatkan Potensi Kerusakan Hayati
17 September 2025 14:57 WIB

Ditawari Tambang Nikel oleh Dua Menteri, Sultan Tidore: Saya Mau jadi Orang Baik
20 Juli 2025 08:15 WIB